Pas Keluarga Bandung dateng ke rumah, kita berbincang soal Senja yang akrobatik dan seneng jongkok-berdiri, lalu mulai belajar melangkah sedikit-sedikit.
Gw cerita, kalo dulu tuh Hil -kata emaknya- udah mulai lari di umur 10 bulan. Tante Hani menyambut, ternyata Widi juga udah mulai jalan/lari di umur 11 bulan. Widi melalui tahap merangkak, tapi kemudian dia berjalan lebih cepat dari anak-anak seusianya. Ini juga yang terjadi kepada Senja.
Tapi rupanya, di Widi, ada kelanjutannya. Pas SD, daya konsentrasi Widi itu rendah. Dibawa lah ke psikolog. Lalu psikolog mencaritau dengan mengurai riwayat Widi pas bayi. Termasuk pas fase merangkak-jalan. Begitu terungkap kalo Widi udah mulai jalan/lari di umur 11 bulan, langsung deh si psikolog mengambil kesimpulan. Merangkaknya terlalu sebentar, padahal merangkak itu merangsang kerja otak yang bla bla bla somehow mengarah ke daya konsentrasi. Karena merangkak cuma sebentar dan langsung jalan, jadilah dampaknya terjadi pas Widi SD itu: daya konsentrasi kurang.
Ih kok aneh banget ya. Di mana coba hubungannya? Pas gw cerita soal ini ke nyokap gw, dia langsung menyergah,'Ah itu mah ada-ada aja psikolognya,' sementara bokap gw terkekeh-kekeh. Tapi bener deh, di mana ya hubungannya?
Lalu trus kalo Senja lagi berdiri-diri, kita apain dong? Masa dipaksa duduk, lalu merangkak? Kan kasian. Ntar dia merasa tidak disemangati untuk mencoba hal-hal baru, dalam hal ini berjalan. Ntar kalo perasaan dan pikiran seperti ini terbawa terus sampai dewasa, kan repot.
Kata Tatah, ada baiknya kita terus merangsang Senja untuk merangkak serajin mungkin. Tatah mengambil contoh pas bokap gw ngajak Senja main, dikasih mainan yang sedemikian rupa sehingga membuat Senja harus merangkak. Hmmm oke, boleh lah kita pertimbangkan.
Gw jadi teringat lagi imel dari Tatah berbulan-bulan silam. Autisme kan sifatnya 'lari-lari dalam keluarga' alias runs in the family gitu. Secara garis sodara Ikhsan dan Senja relatif deket, dan potensi laki-laki untuk kena autisme itu 4x lebih besar dibandingkan perempuan, jadilah lebih baik waspada daripada kebobolan. Salah satu hal yang ditandai Tatah adalah soal merangkak. Entah ini hubungannya di mana, kata doi, ada aja anak-anak autis yang dia temui tuh tidak melalui fase merangkak dengan waktu cukup lama. Bahkan ada yang gak ngerangkak sama sekali.
Masih belum jelas apa sebetulnya misteri yang disimpan dari kemampuan merangkak. Apa ada hubungannya dengan daya konsentrasi? Apa ada hubungannya dengan autisme?
Yaaaaa... daripada daripada kan mendingan mendingan. Secara Senja juga doyan merangkak, ya sudah, ntar kita akan merangsang keinginan Senja untuk lebih eksploratif di bidang merangkak. Hmmm atau kita beliin kura-kura aja ya biar Senja punya temen merangkak? Hahahaha.
No comments:
Post a Comment