Tuesday, August 31, 2010

Ngerengek Truk Baru

Tadi gw pulang kantor, disambut Senja yang berwajah sendu, sambil bilang gini:

"Senja mau truk panjang, warna kuning, rodanya hitam, trus truk panjang trus mobil semen trus bajaj!"

Nah lho, gw bengong dong. Apaan nih kok tiba-tiba merepet begini?

Ternyata seharian ini Senja lagi rewel. Nagging minta sama nyokap-bokap untuk dibeliin mainan baru. Dia bahkan mengajak pergi bokap-nyokap. 'Pergi yang jauh. Ayo pakai sepatu.' segala, halaahhh ada-ada aja.

Pas ditanya, Senja punya duit atau enggak, dengan cerdas dia jawab gini. "Nggak. Tapi tatung punya di mobil." Tatung itu kakung alias bokap gw sementara duit yang dimaksud adalah duit recehan buat bayar parkir yang selalu disiapin nyokap gw, hahaha.

Jadilah begitu gw pulang, dia ulang lagi keinginannya. Dia bahkan nanya,"Di tas ada kejutan?" Hihihi Senja ada-ada aja deh. Hampir tiap hari setiap kali gw dan Hil pulang, dia pasti rajin nanya apakah ada kejutan atau enggak, hihihi.

Karena ini sudah malam dan tentu saja gak bisa beli mainan malam-malam, ya sudah, gw tenangkan dulu si Senja. Tadinya mukanya manyuuun aja gitu deh karena gagal dapat mainan baru. Setelah diajak becanda-becanda di tempat tidur, mulai deh senyum lagi.

Hmmmhh, love you even more, love!

Sunday, August 29, 2010

Tobat

Hari ini gw dan Hil kayak punya dua anak sekaligus.

Pelangi nginep di Pondok Bambu, 2 malam. Ini adalah malam keduanya. Dan seharian ini bujubuneng capeknya. Diawali dengan pagi-pagi kita pergi ke Ancol. Secara lagi puasa gitu lho, mana tega lah gw membiarkan nyokap-bokap gw yang panas-panasan angon Senja-Pelangi. Jadilah gw dan Hil yang jibaku karena sama-sama gak puasa, hehe. Dari yang lari-larian ngejar mereka berdua, nyuapin dan sebagainya. Di Ancol, setelah panas-panasan main di pantai, abis itu naik Gondola, abis itu bleeekk tidur di dalam perjalanan pulang dari Ancol sampai Pondok Bambu.

Abis itu di rumah tentu saja keduanya cerah ceria lagi, karena udah sempet tidur siang. Gw kabur sejenak karena mau potong rambut. Jadilah Hil ditinggal praktis sendirian bareng tu dua krucil. Main sambil nyuapin makan. What could be harder than that? Ada sih nyokap gw, tapi yaaa dia pasti kecapekan. Karena passs udah teng Imsak tadi pagi, eng ing eng, Pelangi bangun dan teruuuus bangun sampai kita kelar perjalanan ke Ancol itu. Bokap? Ya langsung tidur lah hay begitu sampe rumah.

Begitu gw balik potong rambut, kita harus segera siap-siap lagi karena ada acara buka puasa bareng di Rawamangun dan ultah nyokapnya Hil di Kayu Manis. Aih untungnya Rawamangun dan Kayu Manis itu cuma terpisahkan Jalan Pramuka, jadinya cincay aja. Begitu gw sampai rumah, Hil langsung sibuk mandiin dua krucil, gw nyiapin perkakas mereka pergi, trus jreeeenggg kita pergi deh ke sana.

Pas gw-Hil-Senja udah sampai di Kayu Manis, gw sempet ngobrol bentar sama Hil. Gw bilang ke dia,'Jadi hari ini kita udah ngerasain punya anak 2 kan?' Percakapan itu penting sedianya dilakukan karena begini. Dulu gw tuh berasanya pingin punya 2 anak. Kayak ya udah semestinya aja karena nyokap-bokap gw punya 2 anak. Sementara Hil maunya lebih banyak, karena dia berasal dari keluarga besar. Setelah perdebatan panjang dan berdarah-darah *boong deng* jadilah kita putuskan: satu anak cukup.

Karena itu, gw mengajukan pertanyaan tadi dalam konteks ngebecandain dia. Eh dia serius. Dia langsung bilang,'I quit the idea of having more than one child.' Eeehh kok tiba-tiba begini kenapa? Sesuai sih sama kesepakatan kita, tapi kok tiba-tiba dia kayak dapat wangsit gini ada apa gerangan?

Ternyata tadi tuh pas gw tinggal potong rambut, Senja dan Pelangi ya dua-duanya maunya main sama Hil dongs. Sementara saat itu Hil ngantuk pol dan capek pol. Dwooh kebayang dah gw rasanya pingin kabuuuur aja dari dunia, hihihi.

So it's a final and rational decision. In terms of time, energy and money, we are going to stick with one child only :))

Tuesday, August 24, 2010

Lengket

Senja itu sangat sangat sangat lengket sama gw.

Kalau ada gw, maka bisa-bisa segala hal kacau. Senja yang tadinya makan banyak dan lahap, begitu ada gw langsung keluar manjanya. Senja yagn biasanya tidur siang 2-3 jam, begitu ada gw bisa-bisa gak tidur siang juga oke. Dan Senja pun juga sudah di tahapan bisa menentukan apa yang dia mau. Kalau dia sudah bilang,'Mau sama Ibun aja!' ya berarti maunya sama gw. Hil cuma bisa manyun.

Hil aja masih sering cemburu, karena dia seringkali tidak dipilih atau diusir sama Senja kalau dia lagi bareng gw. Karenanya, gw rela-rela aja kalau Hil pulang duluan dari kantor, karena gw masih ada yang harus dikerjain. Supaya Hil punya kesempatan berduaan doang bareng Senja. Supaya Senja juga belajar tenang dan menerima-kondisi-tidak-ada-gw bersama Hil.

Ada saatnya, gw ingin Hil yang menghandle Senja kalau dia nangis kejer, mau tidur atau apalah gitu. Gw juga pingin dong menikmati me-time. Sekadar ngelurusin punggung di tempat tidur, sambil nonton acara TV gak mutu atau baca majalah sebentar. Itu bukan egois toh, itu kebutuhan gw untuk juga tetep waras dan sehat secara mental.

Tapi Senja maunya sama gw. Senja akan nangis kenceng sambil berteriak,'Mau sama Ibun aja!' Kadang-kadang gw ya march in aja untuk memeluk Senja. Biar Senja cepet tenang dan gak nangis kejer. Itu memang selalu berhasil. Senja akan langsung tenang. Kayak laut abis badai deh, ya cerah ceria aja.

Tapi gw pikir langkah itu juga tidak selalu tepat. Gw harus memberi kesempatan pada Senja untuk belajar tenang sama Hil, juga memberi kesempatan terhadap Hil untuk menaklukkan Senja.

Toh kami sama-sama orangtuanya Senja. Tidak ada yang berperan lebih dibandingkan yang lainnya.

Jadi kalau esok lusa melihat gw anteng aja sementara Senja nangis kejer manggil gw, maka gw berusaha santai. Toh ada Hil. Toh gw gak ke mana-mana. Kami akan selalu ada buat Senja.

Menghukum atau Tidak Menghukum

Ini adalah pilihan berat buat gw dan Hil terhadap Senja.

Praktis kami menghabiskan seharian bersama Senja itu hanya di Sabtu-Minggu. Dan tentu saja di saat-saat itu Senja ada nakalnya juga, yang harus dihukum. Ini jadi agak tricky mengingat sepanjang Senin-Jumat, Senja ada di rumah bersama si Ibu dan Bu Nur (nanny-nya Eyang gw) yang gak pernah menghukum Senja. Jadilah gw dan Hil tampak seperti bad cop di rumah.

Gw dan Hil sudah menerapkan praktik time out ke Senja, dan itu lumayan berhasil. Dulu sih berantem banget sama Senja untuk menerapkan time out. Tapi sekarang Senja sudah tau kalau dia dihukum dan dia akan tunggu sampai waktunya tiba. Kalau lagi iseng, maka tiap detik dia akan nanya,'Udah?' sambil senyum ke arah gw atau Hil.

Bahkan kalau Senja nakal dan gw gak segera menghukum (biasanya karena males gerak aja), Senja akan mengulangi kenakalannya lagi. Kayaknya ngetes, gw ini konsisten atau enggak sih mau menghukum dia.

Gw dan Hil seringkali bertanya-tanya, apakah cara kami menghukum itu sudah benar atau belum. Tapi ya pakai feeling aja. Kalau gw lagi jadi bad cop, maka ada Hil yang bisa pegang Senja. Begitu juga sebaliknya. Toh kami sama-sama bertanggung jawab sama Senja. Sama-sama orangtuanya Hil.

Ketika Senja dihukum, tentu saja dia akan cari 'pertolongan' sama orang lain. Makanya gw sebisa mungkin meminimalisir kemungkinan itu. Kalau Senja lagi dihukum, ya sudah, it's between us: parents-child. Kalau saat itu Senja cari pertolongan sama orang yang gak pernah menghukum dia (misalnya si Ibu atau Bu Nur) ya jadinya wajar. Namanya juga cari cs-an.

I'm not trying to defend myself or whatsoever. I merely have social life now. My life is now only at home or at the office. So when I punish my son for being naughty, it's not that I don't love him. It's not that I don't appreciate the golden years. It's my way of fulfilling his golden years as well.

Soon, we'll be leaving on a jet plane for sure.

Thursday, August 19, 2010

Akhir Pekan

Akhir pekan ini gw juga harus keluar rumah *sigh*

Sabtu, akan ketemu temen gw, bareng Mirana untuk urusan *wink-wink*. Mudah-mudahan cuma sebentar siy. Lalu Minggu, akan diwawancara di Proresensi-nya RRI untuk buku 'Cheers, UK!' yippieeee..

Tadi pagi gw udah pamit sama Senja. Gw bilang, kalo bakal pergi sebentar di hari Sabtu. Lalu hari Minggu, gw ajak dia untuk 'pergi ke radio, Ibun mau diwawancara.' Wah berarti gw ada PR untuk pura-pura wawancara deh sama Senja. Sip deh.

Hil juga sudah membantu sosialisasi soal kerjaan gw di akhir pekan ini. Dia juga udah ngajak Senja untuk 'ikut Ibun ke radio hari Minggu.' Lalu karena Hil yang akan megang Senja sepanjang waktu itu, maka kita mulai sosialisasikan aturan-aturan sejak awal: Senja harus baik, harus tenang, kalau kita taruh telunjuk di mulut artinya Senja harus diam.

Hmmmhh semoga lancaarrrrr..

Abis itu mau ke Mbah Jingkrak aaah!

Terancam

Belakangan ini gw jadi berasa terancam sama kehadiran si Ibu dan Bu Nur, pengasuhnya Eyang gw yang sekarang tinggal di Pondok Bambu.

You know, classical thing lah. Anak lebih deket sama pengasuh gitu deehh. Bisa dipahami karena Senja sepanjang hari bareng mereka berdua. Di satu sisi, gw bisa berlega hati karena gw meninggalkan Senja di orang yang bisa dipercaya. Tapi di sisi lain, mereka juga jadi sangat memanjakan Senja.

Sekarang ketara banget kalau Senja cari 'perlindungan' itu ya ke Bu Nur atau si Ibu. Senja akan langsung bilang,'Mau sama Ibu Ana!' kalau gw lagi moda kenceng ke Senja. Rasanya gemeessss banget sama Senja, tapi ya kan gw gak bisa ngapa-ngapain Senja. Gw juga berasa gemes sama si Ibu yang jadinya manjain dia, tapi ya gw bisa ngapain ya? Gw udah berkali-kali bilang sama si Ibu, kalau Senja nakal, ya dihukum. Dia selalu bilang gak tega, ya mau gimana dong? Apalagi gw gak berkuasa atas si Ibu, secara dia itu PRT-nya nyokap. Beda dengan Mbak Ika dulu.

Bokap juga udah bilang, dia ngeliat kalau cara si Ibu menghandle Senja sama kayak dia dulu menghandle Salsa, keponakannya yang dulu diasuh di Pondok Bambu. Manjain. Jadilah si Salsa itu terhitung manja gitu. Mungkin ini juga dampak dari kondisi si Ibu yang gak punya anak itu.

Tapi masalah ini harus diatasi. Gw gak rela kalau Senja lebih deket sama pengasuhnya.

Wednesday, August 18, 2010

Mamah

Sekarang Senja jail. Senengnya manggil gw 'Mamah'.

Haiya. Udah dari minggu lalu tiba-tiba dia suka keceplosan gak sengaja manggil 'Mamah'. Atau ya emang sengaja manggil gw begitu.

Gw suka tanya ke dia, sambil nunjuk diri sendiri,'Ini Ibun atau Mamah?' Trus dia iseng, sambil senyam-senyum trus manggil, 'Mamah', halaahh..

Pas gw sok-sokan ngambek, baru deh Senja meluk gw, trus panggil,'Ibun'

Aaahh mesranyaaa...

Sunday, August 15, 2010

Nangis Kejer

Sore ini, Senja bandel bukan kepalang. Dia ngotot dan keras kepala banget nggak mau beresin mainannya. Padahal ini adalah perjanjian gw dan Senja sejak awal: tidak boleh tumplekin mainan dan harus beresin sendiri.

Tapi giliran disuruh beresin mainan, oalaaahhh keras kepalanya anak ini! Dia ngotot bilang gak mau dan bilang,'Ibun aja yang beresin.' Gw mendekat ke Senja, bicara dengan nada pelan supaya Senja tau gw serius. Dia mulai nangis, tapi juga gak mau ngelepas gw. Gw teges-tegesan sama dia aja, kalau kita gak akan ke mana-mana sampai Senja mau beresin mainannya.

Di situ, Senja nangis makin kejer. Hil mulai datang membantu. Di titik itu sebetulnya gw keder juga. Ini yang gw kerjain bener atau enggak sih? Am I being too hard? Mudah-mudahan sih enggak. Gw cuma berusaha konsisten aja. Gw rasa, kalau tiba-tiba gw melunak, justru Senja yang akan bingung, juga rawan dimanfaatkan di kemudian hari, hehe.

Lalu gw memutuskan untuk menghukum Senja dengan cara pergi dari situ, meninggalkan Senja sama Hil. Senja nangis makiiinnn kejer, sampai keringet keluar semua, sampai tersedu-sedu, mengharukan banget deh. Hil yang ditinggal sendirian sama Senja sempet bingung, sama bingungnya sama gw. Akhirnya dia ambil jalan tengah: dia yang beresin mainan Senja, tapi Senja tidak boleh mainin mainan itu lagi. Yang disita ini adalah mainan masak-masakan, dia lagi demen banget sama mainan ini, terlebih abis punya lilin mainan baru.

Oke, penyitaan berlangsung, mainan ditaro di atas lemari. Lalu Hil bawa Senja untuk lap-lap sebelum bobo. Senja juga gak boleh bobo sama gw seperti biasanya, karena ceritanya kan gw lagi marah. Ketika mereka di kamar Senja, gw di kamar sambil ngedengerin. Senja sempet merajuk dan minta peluk sama Hil,'Da, peluk...'. Lalu abis dipeluk sama Hil, Senja ngomong,'Dada bau...' Hihihi gw langsung ngikik pelan-pelan.

Senja gak juga reda nangis dan ngambek. Gw lupa abis itu Senja diminta janji apalagi sama Hil, tapi akhirnya gw nemenin Senja bobo. Ini ngelonin tercepat yang pernah gw alami. Senja langsung blas tidur begitu gw peluk. Pasti kecapekan abis nangis.

Hhhh... mudah-mudahan Senja gak trauma. Mudah-mudahan Senja gak marah sama gw.

Tuesday, August 10, 2010

Sebab Akibat

Senja semakin pinter memahami sebab akibat.

Contoh, ketika di parkiran Sarinah. Hil minta supaya Senja gak digendong, tapi digandeng aja. Dengan cemerlangnya, Senja bilang,'Da, Senja digendong aja. Di sini banyak mobil. Kalau Senja ketabrak, gimana?'

Hil melongo. Gw terbahak-bahak.

Haiyaaahhh pinternya Senja!

Sunday, August 8, 2010

Kacau Balau

Kesalahan pertama gw saat menyiapkan Senja untuk gw yang akan pergi di akhir pekan ini adalah terlalu mepet ngasih tau Senja. Itu kesalahan fatal, karena Senja jadi gak cukup siap mental untuk menerima fakta bahwa gw gak ada di rumah saat akhir pekan. Padahal dia selama ini udah belajar kalau Sabtu-Minggu itu gw-Hil akan ada di rumah.

Gw pikir gw akan menyelesaikan persoalan dengan mengajak Senja menginap di hotel tempat gw pelatihan, pas Sabtu malam. Lumayan lah bisa ketemu sebentar, lalu bobo bareng, gitu pikir gw. Eh ternyata gak pas. Karena setelah jam 6 sore, abis makan malam, itu masih ada materi lagi yang harus gw hadiri. Jadilah gw ketemu sebentar dari jam 6-8 malam, lalu gw cabut lagi. Konsep kayak gitu ternyata tidak diterima sama Senja, dan dia marah. Nangis kejer pas kita pamitan di Sarinah. Gw kasian sama Hil yang harus menaklukkan Senja dengan kondisi seperti itu, tapi ya sudah lah. Terlanjur, huhuhu.

Begitu gw kelar pelatihan, di kamar, Senja udah tidur. Dia sempet kebangun sebentar dan gw sempatkan untuk bilang,'Tuh Ibun tepat janji kan, kita bobo sama-sama.' Senja mengangguk dan peluk gw. Duuuhh rasanya sejutaaaa deh!

Tapi besoknya, problem berikut menghadang. Gw hanya bisa ketemu Senja sebentar di pagi hari, karena jam 9 materi udah mulai lagi. Eng ing eng, Senja marah lagi dong. 'Senja mau pulang! Ibun juga!' gitu kata dia berulang kali. Duuuuuhh maknyesss rasanya. Hil trus ngajak Senja jalan-jalan ke Taman Menteng. Senja setuju dan semangat, karena dia suka main pasir di Taman Menteng.

Gw pikir masalah selesai. Ternyata nggak dongs. Abis dari Taman Menteng, Hil-Senja ke rumah Kayumanis. Di situ Senja juga masih meneruskan ngambeknya. Gak mau tidur siang, makan susah, gak mau sama orang lain, maunya nempel Hil terus, ngajakin pulang terus. Ya sudah lah, abis itu mereka menuju pulang. Naik bus TransJakarta biar Senja seneng. Di jalan Senja tidur. Ya udah diterusin sekalian aja jalan-jalan di bus itu, biar Senja dapat cukup waktu untuk tidur. Abis itu mereka mampir Mal Ambassador untuk makan.

Gw pada akhirnya gak bisa nyusul mereka makan di Mal Ambassador itu, huhuhu. Baru bisa ketemu di rumah, jelang jam 6 sore. Senja langsung nempeeeell sama gw gak mau lepas, sementara Hil langsung pamit pijet. Bahu pada pegel karena Senja minta gendong terus hehehe.

Hhh... mesti belajar lebih banyak nih cara ninggalin Senja yang ciamik dan gak memancing amarah Senja.

Friday, August 6, 2010

Salah Deh...

Besok gw ada pelatihannya AJI. Nginep di Hotel Akmani, Jakarta. Cuma semalem siy. Tapi dengan dongonya gw baru bilang ke Senja.. pagi ini..

Huhuhu bener-bener deh euforia buku baru terbit dan nyiapin bahan buat AJI itu malah bikin gw lapor ke Senja. Padahal kan gw harusnya bilang itu sejak pekan lalu, biar Senja siap lahir batin.

Begitu gw bilang pas pagi-pagi, Senja langsung bereaksi dengan sedih.

Gw: Senja, besok Ibun kerja ya. Menginap.
Senja: He-eh (tapi mukanya sediiiiihhh banget)

Duh gw langsung totaaaalll merasa bersalah dan mengutuki diri sendiri. Huhuhuhu.

Mukanya Senja tuh kayak nahan sedih, bilang 'iya' tapi dengan beraaatttt hati sekali. Duh.. Maaf ya Senja...