Saturday, September 13, 2008

Bertemu Tiga Raksasa

Tadi kita buka puasa bareng di Cipinang. Yang dateng ke sana adalah rombongan Pondok Bambu, minus Hil karena kerja. Lalu Abus dan Rasyadi. Dan tentu saja pihak tuan rumah Cipinang.

Di awal pertemuan, tentu saja Senja masih mengkeret ngeliat Ikhsan. Apalagi Senja masih dalam kondisi fly karena baru bangun tidur. Jadilah untuk permulaan, kita ngendon dulu di kamar praktiknya Tatah. Eh kamar praktik bukan ya nyebutnya? Kalo psikolog nerima klien tuh disebutnya di ruang apa? Ah whateva daaahh.

Gw menggelar alas main Senja yang dibawa dari rumah. Maksudnya biar Senja merasa familiar dan tidak panik dengan situasi baru plus Ikhsan gitu. Secara Ikhsan tinggi besar dan suka bersuara-suara gitu, hihi. Perlahan-lahan, Senja mulai tenang, mulai bisa menatap Ikhsan dan memperhatikannya lekat-lekat. Tapi udah gak takut lagi. Gw keluarin mainan yang ada di ruang praktiknya Tatah. Mayan, mainan baru bikin takutnya Senja teralihkan ke hal lain.

Abis itu ketika semua orang buka puasa, gw gendong Senja ke meja makan. Biar samaan sama yang lain, Senja juga makan dong. Gw cuilin nasi, gw kasih per butir gitu ke Senja. Jadilah dia ikutan ngunyah sama yang lain, hihihi. Dari situ, dia mulai belagu deh. Mulai mau berdiri-diri, lunjak-lunjak, senyum-senyum.

Gak lama, datang Abus dan Rasyadi. Hohoho Senja langsung mengkeret lagi. Langsung nemplok ke bokap yang lagi gendong Senja. Plekkkk rapet banget. Jelas aja Senja ciut. Lah wong dua-duanya juga tinggi besar, dan wajahnya tidak dikenal oleh Senja. Padahal Abus penasaran banget pengen gendong Senja, karena pas terakhir ketemu, Senja langsung nangis begitu dipegang Abus, hihihi. Sementara Rasyadi gatel pengen gangguin Senja, tapi khawatir harus bertanggung jawab kalo Senja sampe nangis, hahaha.

Karena di Cipinang itu gerah banget dan kaos Senja basah ketumpahan air minum, jadilah Senja pakai kaos dalem aja. Dia mulai percaya diri tuh, mau merangkak-merangkak di ruang tengah Cipinang yang luuuwwwassss itu. Gih sono deh muter-muter, gak bakalan abis tuh semaleman, hihihi. Jadilah Senja sibuk merangkak sana, merangkak sini, berdiri pegangan kursi kecil, berdiri pegangan lemari dan segala macam. Semua perabotannya kan baru tuh buat Senja, kita kasih lah itu semua buat Senja, haha.

Ikhsan rupanya 'gak terima' kalo Senja cuma pake kaos dalem doang. Secara dia anak autis gitu, taunya kan item-putih, gak tau wilayah abu-abu gitu. DIa kan diajarin Tatah bahwa 'kaos dalam ya di dalam, kalau ke luar kamar harus pakai kaos luar', jadilah dia gak terima Senja merangkak-merangkak pakai kaos dalam saja. Ikhsan langsung nyodorin kaos Senja, supaya itu dipakai, hahaha. Dia gak rela kali ya ada 'pelanggaran norma' terjadi di depan mata, hihihi.

Karena lama-lama Senja semakin percaya diri di lingkungan baru, dia mulai berani ke mana-mana. Mulai berani merangkak ke arah Rasyadi yang udah siap ngerjain. Mulai cuek aja kalau dilewatin Ikhsan. Mulai merayap ke arah Abus dan berani megang telunjuknya. Udah telunjuk doang. Untuk digendong siy entar dulu lah hay, hahaha.

Malam itu jadi panggung buat Senja lah. Dia jadi tontonan banget dengan segala atraksi merangkak dan jongkok-berdirinya. Sayang gak ada Pelangi. Kalo ada pasti makin seru.

Di tengah-tengah reriungan itu, Tatah nanya ke Uti, alias Uyut kalo buat Senja,"Gimana Mah, enak ada anak-putu-buyut di rumah?" Uti nyaut,"Enak, nikmat."

Duh mengharukan....

No comments: