Besok Senja ulang tahun. Fiuh, time flies ya.
Tentu saja membesarkan Senja adalah kali pertama buat gw, juga buat Hil. Gak punya referensi, jelas. Memang ada kakak gw yang bisa ditanya, karena beda umur Pelangi dan Senja hanya 5 bulan. Tapi keduanya kan tetap individu yang berbeda, gak tentu apa yang berlaku di Pelangi bisa diterapkan di Senja dan sebaliknya.
Referensi utama gw ya pengetahuan di sekitar. Bisa dari babycenter.com, bisa dari sehat group, bisa dari mpasi rumahan, atau dari Google secara umum. Yang membantu juga adalah dua bukunya dr Purnamawati dan buku What To Expect The First Year, pinjeman dari kakak gw. Itu jadi panduan utama gw.
Berkat semua informasi itu, pilihan-pilihan pun dibuat dalam merawat dan membesarkan Senja.
Waktu Senja umur 0-3 bulan, soal ASI eksklusif jadi persoalan utama. Gw dan Hil udah sepakat untuk memberikan ASI eksklusif, apa pun yang terjadi. Klinik laktasi jadi sahabat utama. Salah posisi menyusui, nipple lecet, gw yang keringetan melulu tiada henti, menyusui tiap 2 jam dan sebagainya.
Pas Senja umur 3-6 bulan, isunya bergeser. ASI eksklusif, teteup. Tapi kini persoalan lebih ke gimana teknik memberikan ASI buat Senja. Soft cup jadi pilihan utama. Gw merasa sangat berat ketika harus beralih ke dot. Sebab gw selama ini udah kebanjiran informasi soal kenapa harus pilih soft cup ketimbang dot, dan gw merasa harus menelan ludah gw sendiri. Tapi ya sudah lah, the show must go on, yang penting Senja dapet ASI bukan susu formula.
Lalu pas jelang 6 bulan, persoalan baru muncul lagi ketika stok ASI gw mepet, sampe gak cukup. Sampai akhirnya di saat Senja umur 5 bulan 19 hari, dia kenalan sama biskuit Farley. Ini langkah kompromi habis-habisan buat gw, demi menolong stok ASI minimal sampai 6 bulan.
Begitu Senja menginjak umur 6 bulan, gw dan Hil memulai tekad baru, Senja harus kenalan sama makanan segar dan buatan sendiri, bukan pabrik. Biskuit instan langsung gw coret dari daftar. Biskuit Farley yang terlanjur dibeli, gw makan. Kalo masih ada biskuit instan tercecer di rumah, gw pastikan biskuit itu akan gw singkirkan. Ini memang perkara pilihan. Pelangi, misalnya, tetap makan biskuit itu buat cemilan. Gw memilih Senja makan segala rupa kukus-kukusan ketimbang biskuit.
Sejak itu gw dan Hil kembali berkutat di dapur. Gw beruntung kenal milis MPASI rumahan, lalu mulai mengorientasikan pencarian gw di Google ke arah resep-resep MPASI. Gw banyak colongan ide dari berbagai blog dan multiply orang yang sealiran sama gw: MPASI rumahan. Di awal masa MPASI, segala beku-beku-an gw jalankan. Dari buah sampai sayur, dari bubur beras sampai pure kentang.
Kulkas gw sampe penuh dengan box kecil berisi makanan Senja. Pintu kulkas dipenuhi dengan catatan stok makanan dan menu harian Senja biar dia gak bosen. Sejak saat itu juga, gw merasa masa-masa ASI doang itu sungguh sangat ringan, dibandingkan masa MPASI ini.
Untungnya Senja banyak membantu dengan tidak GTM, alias Gerakan Tutup Mulut, dan doyan sama segala rupa makanan.
Setelah Senja umur 8 bulan, makanan mulai lebih variatif. Menu-menu baru dijajal, dengan memasukkan keju, bawang-bawangan, ketumbar, jahe dan sebagainya. Resep masih banyak nyontek kanan kiri, tapi lama-lama ah sebodo teuing. Yang penting makanannya warna warni dan lengkap gizinya. Setiap kali mau masak, gw dan Hil diskusi dulu, menunya terdiri dari apa aja biar lengkap semua, dari karbohidrat, protein, sayuran hijau, vitamin A dan sebagainya. Gw bikin menu, lalu kami menyiapkan masakan pas Senja bobo.
Tekad lain kembali digalang, untuk bikin kue sendiri buat Senja. Ini demi memperjarang pertemuan Senja dengan tepung terigu, salah satu hal yang diduga ada kaitannya dengan autisme. Ah ya namanya juga jaga-jaga. Tapi gw akui soal yang ini gw dan Hil juga gak terlalu ketat, karena toh Senja sering juga sarapan pake havermut/oatmeal. Itu dari gandum juga toh. Kalopun lagi gak ada biskuit buat Senja, tetep, biskuit pabrikan tidak gw perkenankan
buat Senja, dengan alasan apa pun.
The ups-nya banyak, the downs-nya juga gak keitung.
Dari ASI seret, t*k*t keras karena kelenjar susu tersumbat, Senja sunat, Senja sakit, Senja belajar jalan dari umur 9 bulan, Senja parno sama orang
yang dia gak kenal, boyongan ke Malaysia, boyongan ke Santika, plesir ke sana ke mari, jibaku bikin MPASI buat Senja, bersikeras untuk tidak gampangan ngasih
obat buat Senja, beliin mainan buat Senja, menstimulasi Senja dengan berbagai macam cara, dll.
Ah banyak sekali.
Satu benang merah dari itu semua adalah pilihan. Gw dan Hil emang gak punya pengalaman membesarkan anak. Referensi kiri kanan banyak, begitu juga dari pengalaman sebelumnya dari orang-orang sekitar kita. Tapi pilihan mana yang diambil, itu adalah kesepakatan gw dan Hil. Kalaupun ada ludah yang harus ditelan, kalaupun ada keputusan berat yang harus diambil, maka
itu datangnya dari kami.
ASI eksklusif minimal setahun, tidak makan biskuit pabrikan, tidak gampangan kasih obat, menghindari antibiotik, menghindari puyer, tidak pakai garam-gula di MPASI, adalah beberapa pilihan yang kami buat untuk Senja. Dan percayalah, itu semua adalah pilihan sadar, berdasarkan riset dan penelusuran; tidak datang dari langit.
Karena begitulah kami ingin membesarkan Senja.