Thursday, July 31, 2008

Sulitnya Memberi ASI

Gw sedih mengingat orang-orang di sekeliling gw banyak yang kurang berhasil kasih ASI. 

Temen di kantor gw misalnya. Ada X yang gagal menghalangi usaha rumah sakit untuk ngasih susu 
formula. Atay si Y yang istrinya menyerah dan memberikan susu formula buat anaknya begitu dia mulai bekerja. Atay si Z yang dalam tahap kritis hampir nyerah karena kesulitan nyiapin stok ASI jelang kerja.

Percayalah, ngasih ASI itu memang teramat sulit. Menyusui bukan proses alamiah, sehingga mesti belajar. Apalagi merah ASI pakai pompa yang pakai alat, itu jelas lebih gak alamiah lagi. Artinya proses mengeluarkan ASI, bagaimana pun caranya, adalah suatu proses belajar. Gak bisa disepelekan begitu saja.

Gw barusan berbincang dengan teman gw, si Y, yang istrinya nyerah dengan susu formula. Si Y mencoba 'membela' istrinya dengan bilang,"Komposisinya 80-20 kok antara ASI dan susu formula." Ah, sedih aja rasanya. Lalu si Y melanjut cerita, bahwa istrinya itu terbebani setiap kali pembicaraan soal ASI diungkit. "Dia sedih karena ASInya gak keluar," begitu kata Y.

Ah, been there. Gw juga sedih banget pas ASI yang gw keluarin dikit. Paniknya luar biasa ketika hari-hari pertama merah ASI di kantor cuma dapat 30 ml. Tapi apa boleh buat, emang butuh kekuatan niat dan keteguhan iman kalau mau bertahan di jalur ASI. Menyerah itu sama sekali gak boleh. Jangan sampai mau kalah sama sapi yang produk susunya bertebaran di mana aja.

Ini bukan soal being an evil or being an angel dengan memberikan ASI atau susu formula. Sungguh bukan itu. Kebanyakan orangtua tau bahwa ASI itu penting, berkhasiat dan segala macamnya. Tapi yang banyak orang gatau adalah teknik ngeluarinnya. Gw bukannya sok tau, tapi justru karena gw pernah 'berdarah-darah' dalam prosesi ngeluarin ASI, baik itu menyusui maupun mompa, I know what I'm talking about.

Terbebani karena ASI gak keluar? Ah gw tau betul rasanya. Gak enak. Bukan soal berasa sempurna atau enggak sebagai ibu, tapi ya gak enak aja. Karena elu tau orang akan memandang elu dengan rasa iba,'Oh ASInya gak keluar ya? Sedikit ya? Anaknya haus dong.' Orang yang berani ngomong gitu di depan gw pastilah akan gw gampar. Seperti gw ingin nonjok temen gw di 
kantor ketika berkomentar 'Kok sedikit' terhadap produksi ASI gw selama memerah di kantor.

Gak ada hal lain yang bisa dilakukan selain berusaha. Berusaha semaksimal mungkin untuk ngasih ASI. Si Y, temen gw itu bilang,"Istriku udah nyoba segala cara." Rasanya gw ingin segera menelfon istri si Y dan menanyakan kesulitannya. Semaksimal apa yang udah dia coba? Mungkin itu belum yang maksimal. Mungkin ada cara-cara lain yang harus dilakukan. Mungkin gw bisa berbagi tips.

Pada akhirnya adalah orang cenderung malu ketika harus mengakui dia tidak bisa memberikan ASI. Seperti si Y yang menolak diwawancara sebagai suami dari ibu yang tidak sukses memberikan ASI. Dia juga tidak mau istrinya diwawancara. 'Kasian istriku, nanti dia terbebani,' kata dia. Oke, dia terbebani karena apa? Karena gak ngasih ASI? Jadi apa solusinya untuk mengurangi beban itu? Ya ngasih ASI aja dong. Gak keluar? Oke, kita cari tau apa yang salah. 

Tahap 'mencari tahu apa yang salah' itulah yang seringkali tidak dilakoni. Banyak yang nyerah ketika sampai di tahap 'ASI-nya gak keluar'. Solusi itu harus dicari, bukan ditunggu atau disubstitusi. Langkah alternatif memang harus disiapkan, berupa susu formula, tapi apakah langkah utama sudah dijalankan semaksimal mungkin?

Sekali lagi, ini bukan soal being an evil atau being an angel. Ngasih ASI atau susu formula adalah 
suatu pilihan. Terserah si bapak dan si ibu. Tapi ketika orangtua menyadari bahwa ngasih ASI adalah yang terbaik, lalu menyerah di tengah jalan dan memberikan susu formula, ini dia yang bikin gatel. 'Di tengah jalan'nya tuh di mana? Ada yang bisa dibantu gak untuk mengembalikan ke jalur ASI?

Gw sungguh ingin semua perempuan yang punya anak itu ngasih ASI buat anaknya. ASI itu hak anak. Dan duit buat beli susu formula sungguh akan lebih berguna kalo diinvestasikan buat pendidikan anak kelak. Atau buat beli rumah. Atau buat beli mainan edukatif. 

Gw berjanji sama Z untuk memberikan kado berupa cooler bag dan blue ice. Gw ingin mendukung semua perempuan untuk terus bisa menyusui anaknya. Gimana pun caranya.

2 comments:

Anonymous said...

Stuju.. gue juga pengen bisa bantuin orang untuk bisa ngasih ASI ke anaknya...

Mari saling bahu membahu

Anonymous said...

Setuju dengan semua pendapat. Tapi pernah tahu juga kan ada orang yang memang tidak berhasil kasih ASI karena berbagai sebab? Jangan dihakimi begitu saja. Mereka memang tidak mau bicara karena takut omongan mereka menyinggung orang lain. Misalnya: ibu bekerja yang menitipkan anak ke mertua dan mertua mau memberi susu formula yang langsung dibuat karena tidak mau repot menghangatkan ASI dll. Kasihan kan si ibu ini. Beruntunglah yang berhasil, tapi punya empati juga dong buat yang tidak berhasil.
Masih banyak masalah menanti lho. Jalan masih panjang.