Sunday, June 29, 2008

Berebut Lahan Tempat Tidur

Tempat tidur kami itu ukuran queen, artinya 160x200. Penghuninya sekarang ada 3 orang, yaitu gw, Hil dan Senja. Sejak beberapa bulan lalu, Senja kalo tidur malam selalu di tempat tidur besar, tidak lagi di boxnya.

Dulu, perjanjian gw dan Hil adalah kalo tengah malem Senja bangun, maka Hil yang bangun, ambil dari box, dikasih ke gw, lalu gw yang nyusuin. Setelah itu, Hil lagi yang masukin Senja ke dalam box. Adil dong. Ini gw tiru dari pengaturan antara Gus Dur dan Sinta Nuriyah, yang mereka bilang di acara Kick Andy.

Naaaaahh, tapi kemudian perjanjian ideal itu terbentur dengan Hil yang kayak batu kalo udah tidur. Dulu mah gw masih manis kalo ngebangunin Hil, menepuk sayang, pelan-pelan gitu. Tapi berhubung dia bangor, kalo ditepuk pelan malah makin erat meluk guling, jadilah gw mulai menggunakan cara-cara kekerasan. Mbahlulnya lagi, meski sudah begitu, teteup aja sekali batu tetep batu. Ckckckck, bubar deh itu perjanjian ideal nan adil.

Sejak itulah Senja lebih banyak tidur bersama kami. Dulu sih alesannya ujan, kalo Senja nangis, ntar gak kedengeran. Eh kok ya keterusan. Dengan Senja ada di tempat tidur kami, gw gampang aja dong kalo Senja nangis. Tinggal atur posisi, angkat kaos, nyusuin deh. Beres. Apalagi sekarang gw semakin menyukai posisi menyusui sambil tiduran. Win win solution untuk gw, Senja dan Hil.

Nah trus jadi masalahnya apa dong?

Masalahnya adalah, tempat tidur ukuran 160x200 itu harus dibagi tiga orang. Gw yang tidurnya manis dan lurus sepanjang malem, Hil yang badannya panjang dan tidurnya lasak dan Senja yang masih bayi tapi posisi tidurnya bisa berubah 360 derajat dalam semalam.

Pernah dicoba posisi tidur yang sejajar dengan arah tempat tidur. Kurang berhasil karena lebar tempat tidur (160) kurang sesuai dengan lasaknya Hil dan Senja. Alhasil, Hil yang membatu itu suka gak sadar diri sama posisi tidurnya. Gak baik bagi kemaslahatan Senja dan gw.

Posisi lain adalah melintang. Secara lebar, jadinya lebih oke (200), tapi gw-nya yang ndusel-ndusel Hil setiap kali mau nyusuin. Senja sih posisi tidurnya di situ aja, tinggal gw-nya aja yang nyesuaian, sekarang nyusuin pakai t*k*t kanan atau kiri.

Posisi ideal sejauh ini adalah posisi... mmmm apa ya nyebutnya. Jadi bayangkanlah sebuah tempat tidur. Lalu gw dan Hil tidur dalam posisi L, dengan kaki saling bertemu. Well, gak saling bertemu sih, tepatnya gw harus agak membengkok dikit posisi tidurnya berhubung kakinya Hil yang panjang itu. Senja tidur di pojokan, diapit gw dan Hil yang membentuk huruf L itu. Dengan begitu, Hil gak terlalu berdekatan dengan Senja, sehingga kalaupun tidur bolak balik kiri kanan, manuvernya tidak terlalu berbahaya. Sementara gw juga punya lahan yang cukup besar untuk pindah-pindah lokasi menyusui, sesuai urutan t*k*t.

Adil.

1 comment:

Anonymous said...

waaahh.. posisi L ini mah posisi kami sejak lama loh, hihihi.. Jadi yang berjajar itu Faza, Danin dan ayahnya. Daku di bagian kaki mereka semua deh.. Asik kok gini juga, hehehe.. Selamat menikmati yah..