Sebelum pulang, bela-belain mampir dulu ke Pecel Kawi. Ini hari terakhir di Malang nih, masa gak ada satu pun rekomendasi kuliner dari Bas yang disamperin hehehe. Pecel Kawi adalah pecel di Jalan Kawi, dipilih dengan harapan Senja juga mau makan siang nasi pecel.
Bentuk bangunannya kayak warteg luas gitu, tapi ekstra bersih dan ekstra rapi. Ada tulisannya juga pecel kawi sejak 1975. Gw pilih menu standar aja, pecel gak pake aneh-aneh. Hil juga begitu. Senja mau juga ikutan makan sama gw dan Hil. Porsinya kecil, huhuhuhu... T
rus, kalo menurut gw sih lebih enak bumbu pecelnya Pecel Perunggu yang nggak ngetop dan ditemukan secara tidak sengaja itu. Tadinya iseng mau beli bumbu pecel di Pecel Kawi ini, sekadar buat oleh-oleh aja. Siapa tau kalo di Jakarta rasanya terasa lebih enak, hihihi. Tapi begitu melihat harganya 80 ribu untuk 1 kilogram bumbu pecel, gak jadi deeeehhh... Kayak gw bakal makan pecel bertahun-tahun aja.. hahahaha...
Kami pun meluncur ke bandara. Pamitan sama Pak Muis yang selama 3 hari udah nganterin kita jalan-jalan, masuk deehh ke bandara. Check in, nunggu di ruang boarding. Senja pup, diganti dulu, trus kita nunggu sampe busuk gitu deh. Lamaaaaaa banget dah perasaan waktu berjalan... Apalagi pesawat sempet telat nyampe ke bandara di Malang, dwooohh...
Ketika saatnya masuk pesawat tiba, baru deh merhatiin boarding pass. Yang ada nomor seatnya kok cuma 2, dan satu boarding pass tulisannya NS ya? NS tuh apaan? Lho! Jangan-jangan itu maksudnya No Seat!
Waduh, sewot dong langsung. Secara Senja udah bayar harga tiket penuh gitu lho, kok bisa-bisa kita cuma dikasih dua tempat duduk! Langsung kita ke loketnya lagi, mempertanyakan ini, lalu untunglah dalam waktu dekat bisa segera diurus. Kita dikasih tiket baru, 3 seat. Nah bagus dah!
Langsung deh kita masuk pesawat, siap-siap berangkat. Senja udah terlihat agak lemas, aahhh kayaknya tidur nih di perjalanan... ahooyyy...
Seperti lazimnya penerbangan domestik dengan penumpang domestik yang seringkali gak tau adab, adalah seorang emak persis di depan kursi gw yang sampai harus ditegur pramugari karena gak kunjung mematikan HP. Si ibu beralasan,’Mau ngatur yang jemput di Jakarta.’ Taelaaaahh... Ini pesawat tuh udah telat berangkat, jadi kalo situ udah punya penjemput, yang ada mah penjemputnya lama nungguin, bukannya belum dateng.
Lagian dia tuh udah duduk anteng sebelum kita bertiga grabak-grubuk masuk ke pesawat. Jadi kenapa gak dari tadiiiii? Dasar dudung. Abis ditegur sama pramugari pun, si emak sempet-sempetnya complain,’Pramugarinya gak sopan banget sih.’ Yaaeeelaaahhh situ kali yang gak tau diriiiii...
Untunglah abis itu pesawat segera berangkat jadi gw gak perlu misuh-misuh lebih jauh. Pesawat meluncur terbang, dan gak lama Senja pun tidur. Kali ini sepanjang jalan duduk di pangkuan Hil, sembari bobo... mesranyaaaa...
Sampai di Jakarta, sekitar pukul 17. Aih, gak lama setelah Gayus tiba dari Singapura dongssss...
Senaaaaaanggg sekali sudah sukses jalan-jalan ke Malang. Tahun depan, giliran gw deh yang milih lokasi cuti... hmmm.. ke mana yaaa...
Wednesday, March 31, 2010
Last Day, Jatim Park 2!
Sampai pagi, baru diputuskan kita mau ngapain di hari terakhir ini. Setelah sarapan pagi pun masih pikir-pikir antara ke candi atau ke tempat lain. Tiba-tiba gw liat spanduk di depan hotel, eh iya, masih ada Jatim Park 2! Setelah dipikir-pikir kalau ke candi itu kayaknya di sana cuma bakal sebentar, sementara kita butuh membunuh waktu sampai sekitar pukul 12, naaahh bagaimana kalau kita ke Jatim Park 2 aja... kan di sana ada Museum Satwa tuh!
Karena kita berangkat pagi-pagi, maka kita jadi pengunjung pertama di Museum Satwa itu. Pas nyampe, Senja masih tidur. Ya udah deh gapapa biar Senja puas tidur dulu sampai museumnya buka. Hil sibuk foto-foto, sementara gw colongan tidur lagi bareng Senja, hihihi.
Tiket masuk seperti biasa gratis untuk anak yang tingginya kurang dari 85 senti. Sialnya, gw gak waspada dan baru baca pengumuman itu setelah bayar. Shooott... tau gitu kan Senja gratis lagi, hihihi. Yang seru sih, kalo punya KTP Batu, diskon 25 persen, kekekekek.. Yah namanya juga museum ini baru buka Desember 2009 lalu, masih berupaya menjaring pengunjung dongs..
Begitu teng jam buka museum tiba, langsung deh kita masuk. Wah asik, masuk ke museum yang baru! Di Jakarta kan museumnya udah pada bapuk semua tuh, hehe. Masuk ke Museum Satwa ini kayak masuk ke museum idaman deh. Bersih, barang-barangnya masih bagus, displaynya menarik, ada penjelasan yang memadai, ruangannya sejuk, luaaaaassss... dan yang paling menarik: ada bagian museum untuk anak-anak!
Ini sungguh patut diapresiasi sekali lhoh. Di salah satu bagian Museum Satwa, ada satu ruangan gede kayak buat anak-anak gitu. Misalnya tebak suara. Disuruh pencet tombol trus tebak itu suara hewan apa, lalu buka ‘jendela’ untuk mengetahui hewan apa yang ada di baliknya. Senja seneeenggg banget main itu. Gw juga ikut bahagia dong, karena berasa menemukan museum idaman. Duuuuhh andaaaiii saja Museum Satwa ini ada di Jakarta...
Overall, Museum Satwa ini sangat memuaskan. Isinya tentu saja satwa semua, dari berbagai dunia. Dioramanya berukuran gede, kita jadi berasa piyik gitu. Kayak kita lagi berada di film Night at the Museum deh, kira-kira kayak gitu bayangannya. Dan berhubung kami bertiga ini pengunjung pertama, jadinya berasa ini museum milik sendiri dongs... ahooyyy...
Di tengah perjalanan, tentu saja, pingin nyemil. Eh, ada warung kecil di dalamnya. Ooohhh semakin bertambah saja pontenmu wahai Museum Satwa! Namanya warung desa, setting-nya kayak di tengah hutan gitu. Amboy deh! Kita pesen risol, lumpia dan pisang keju, lalu es Milo dan es teh manis. Kirain dikit, ternyataaaa.. risolnya 2, lumpia 2, dan pisang kejunya segunung. Laaaahhhh salah perkiraaann... Lumpia-nya enaaakk deh... Senang! Paling seneng emang kalo ada makanan enak, trus murah. Kalo enak dan mahal kan yaaaa mungkin sudah sewajarnya, hihihihi.
Setelah keliling-keliling, lhooo kok udahan! Yaaahhh abis deh Museum Satwa-nya. Kita keluar pintu dan terkesima: ada Museum Shop! Waaaaa hebatttt tenan ini museum! Saya bangga! Museum shop itu isinya aneka rupa boneka, kaos, asbak, hiasan meja, dan macam-macam lainnya. Wah senang rasanya berada di toko seperti ini, horeeeee...
One thing for sure: ternyata kita bisa juga punya museum yang bagus lengkap dengan museum shop-nya kayak gini... Duuuhh pindahin Museum Satwa ini ke Jakarta aja dehhh...
Karena kita berangkat pagi-pagi, maka kita jadi pengunjung pertama di Museum Satwa itu. Pas nyampe, Senja masih tidur. Ya udah deh gapapa biar Senja puas tidur dulu sampai museumnya buka. Hil sibuk foto-foto, sementara gw colongan tidur lagi bareng Senja, hihihi.
Tiket masuk seperti biasa gratis untuk anak yang tingginya kurang dari 85 senti. Sialnya, gw gak waspada dan baru baca pengumuman itu setelah bayar. Shooott... tau gitu kan Senja gratis lagi, hihihi. Yang seru sih, kalo punya KTP Batu, diskon 25 persen, kekekekek.. Yah namanya juga museum ini baru buka Desember 2009 lalu, masih berupaya menjaring pengunjung dongs..
Begitu teng jam buka museum tiba, langsung deh kita masuk. Wah asik, masuk ke museum yang baru! Di Jakarta kan museumnya udah pada bapuk semua tuh, hehe. Masuk ke Museum Satwa ini kayak masuk ke museum idaman deh. Bersih, barang-barangnya masih bagus, displaynya menarik, ada penjelasan yang memadai, ruangannya sejuk, luaaaaassss... dan yang paling menarik: ada bagian museum untuk anak-anak!
Ini sungguh patut diapresiasi sekali lhoh. Di salah satu bagian Museum Satwa, ada satu ruangan gede kayak buat anak-anak gitu. Misalnya tebak suara. Disuruh pencet tombol trus tebak itu suara hewan apa, lalu buka ‘jendela’ untuk mengetahui hewan apa yang ada di baliknya. Senja seneeenggg banget main itu. Gw juga ikut bahagia dong, karena berasa menemukan museum idaman. Duuuuhh andaaaiii saja Museum Satwa ini ada di Jakarta...
Overall, Museum Satwa ini sangat memuaskan. Isinya tentu saja satwa semua, dari berbagai dunia. Dioramanya berukuran gede, kita jadi berasa piyik gitu. Kayak kita lagi berada di film Night at the Museum deh, kira-kira kayak gitu bayangannya. Dan berhubung kami bertiga ini pengunjung pertama, jadinya berasa ini museum milik sendiri dongs... ahooyyy...
Di tengah perjalanan, tentu saja, pingin nyemil. Eh, ada warung kecil di dalamnya. Ooohhh semakin bertambah saja pontenmu wahai Museum Satwa! Namanya warung desa, setting-nya kayak di tengah hutan gitu. Amboy deh! Kita pesen risol, lumpia dan pisang keju, lalu es Milo dan es teh manis. Kirain dikit, ternyataaaa.. risolnya 2, lumpia 2, dan pisang kejunya segunung. Laaaahhhh salah perkiraaann... Lumpia-nya enaaakk deh... Senang! Paling seneng emang kalo ada makanan enak, trus murah. Kalo enak dan mahal kan yaaaa mungkin sudah sewajarnya, hihihihi.
Setelah keliling-keliling, lhooo kok udahan! Yaaahhh abis deh Museum Satwa-nya. Kita keluar pintu dan terkesima: ada Museum Shop! Waaaaa hebatttt tenan ini museum! Saya bangga! Museum shop itu isinya aneka rupa boneka, kaos, asbak, hiasan meja, dan macam-macam lainnya. Wah senang rasanya berada di toko seperti ini, horeeeee...
One thing for sure: ternyata kita bisa juga punya museum yang bagus lengkap dengan museum shop-nya kayak gini... Duuuhh pindahin Museum Satwa ini ke Jakarta aja dehhh...
Dace
Dengerin lagu ini bikin meleleh.
Gw tau lagu ini dari Hil: the only Dace for us.
Terima kasih untuk tiga tahun yang luar biasa bersama-sama.
***
SATU CINTA
Saat kau berjalan sendiri
Aku akan menemani
Siap memapahmu
Jika kau terjatuh
Saat kau mulai lelah
Berdiri lunglai sedikit goyah
Ku kan disampingmu
Istirahatkan pikiranmu
Saat kau mulai menangis
Aku akan bernyanyi
Siap menghiburmu
Tak perduli waktu
Saat pagi kau terjaga
Ku kan petik bunga
Beragam warna
Seperti pelangi membentang
Kita kan gembira bersama, tertawa bersama, bahagia bersama
Kita kan bernyanyi bersama, menari bersama ikuti irama
Reff:
Satu pikiran, satu tujuan
Satu harpan, satu impian
Satu pandangan, satu kejayaan
Satu kejujuran, suatu kebaikan
Satu cinta untuk kebahagiaan
Satu cinta untuk kedamaian
[Dialog Dini Hari - Beranda Taman Hati]
Gw tau lagu ini dari Hil: the only Dace for us.
Terima kasih untuk tiga tahun yang luar biasa bersama-sama.
***
SATU CINTA
Saat kau berjalan sendiri
Aku akan menemani
Siap memapahmu
Jika kau terjatuh
Saat kau mulai lelah
Berdiri lunglai sedikit goyah
Ku kan disampingmu
Istirahatkan pikiranmu
Saat kau mulai menangis
Aku akan bernyanyi
Siap menghiburmu
Tak perduli waktu
Saat pagi kau terjaga
Ku kan petik bunga
Beragam warna
Seperti pelangi membentang
Kita kan gembira bersama, tertawa bersama, bahagia bersama
Kita kan bernyanyi bersama, menari bersama ikuti irama
Reff:
Satu pikiran, satu tujuan
Satu harpan, satu impian
Satu pandangan, satu kejayaan
Satu kejujuran, suatu kebaikan
Satu cinta untuk kebahagiaan
Satu cinta untuk kedamaian
[Dialog Dini Hari - Beranda Taman Hati]
Tuesday, March 30, 2010
Mengagumi Arema
Baru kali ini gw masuk ke sebuah toko yang menjual merchandise sebuah klub sepakbola nasional. Dan rasanya di Jakarta gw gak sesering itu liat orang pakai baju Persija atau The Jak, apalagi Jak Angels. Sementara di Malang, gileee, banyak benerrr orang pake baju Arema.
Kayaknya Arema ini bener-bener hidup di tengah warga Malang. Selain banyak orang yang pakai, toko yang jual merchandise Arema juga banyak. Ada syal, ada boneka Singo Edan, ada kaos aneka rupa dan aneka ukuran, ada gelas, ada macam-macam deh. Wuih, serius banget kayaknya orang garap merchandise ini.
Contoh lain adalah di Jatim Park, pas lagi nungguin ujan reda. Kebetulan kita duduk dekat booth tempat nyewain ban berenang. Saat itu lagi pertandingan Arema vs Persitara (yang ditonton SBY itu lhoh). Naaahh, si petugas itu dengerin dari HP. Itu aja udah niat banget dong. Lebih niatnya lagi, tuh HP, ditaro di bawah gelas biar suaranya lebih bergema, lalu di atasnya ditaro toa. Jadilah itu kayak speaker. Waduh gile niat bener yak.
Jadi tinggal tunggu aja Senja dan Hil kembaran pake baju Arema. Gw mah gak berasa pantes pake baju Aremanita. Gile, nonton Arema sekalipun kagak pernah... doyan bola apalagi...
Kayaknya Arema ini bener-bener hidup di tengah warga Malang. Selain banyak orang yang pakai, toko yang jual merchandise Arema juga banyak. Ada syal, ada boneka Singo Edan, ada kaos aneka rupa dan aneka ukuran, ada gelas, ada macam-macam deh. Wuih, serius banget kayaknya orang garap merchandise ini.
Contoh lain adalah di Jatim Park, pas lagi nungguin ujan reda. Kebetulan kita duduk dekat booth tempat nyewain ban berenang. Saat itu lagi pertandingan Arema vs Persitara (yang ditonton SBY itu lhoh). Naaahh, si petugas itu dengerin dari HP. Itu aja udah niat banget dong. Lebih niatnya lagi, tuh HP, ditaro di bawah gelas biar suaranya lebih bergema, lalu di atasnya ditaro toa. Jadilah itu kayak speaker. Waduh gile niat bener yak.
Jadi tinggal tunggu aja Senja dan Hil kembaran pake baju Arema. Gw mah gak berasa pantes pake baju Aremanita. Gile, nonton Arema sekalipun kagak pernah... doyan bola apalagi...
Jatim Park, Yahuy!
Sejak nyampe di Jatim Park, pengumuman yang paling banyak disebar di pintu masuk adalah bahwa petugas akan memeriksa barang bawaan untuk memastikan gak bawa makanan-minuman. Gw langsung terbirit-birit balik ke mobil, naro lagi minuman botol yang barusan gw masukin. Rugi dong kalo ditahan *pelit*
Begitu bayar tiket (30 ribu dewasa, di bawah 85 senti gratis), dan menuju pemeriksaan barang, baru deh gw baca bener-bener tulisan di pengumuman: Dilarang membawa makanan. Jadi, makanan saja! Sialnya, tulisan ‘dan minuman’ di sebelahnya kata ‘makanan’ ketara banget baru diapus. Huhuhuhuhu... tau gitu kan bisa berhemat di dalam gak perlu beli minum *pelit lagi kekekeke*
Tapi ya sutra. Marilah kita nikmati Jatim Park yang dielu-elukan warga, tentunya Jatim, ini. Begitu masuk kita ketemu gong. Lucunya tulisan di samping gong super gede itu adalah ‘Gong Terbesar ke-2’ huahauhauhaua.. belum-belum kok minder gitu. Mbok yao gak usah disebut aja sekaliaaann, hihihihi...
Satu hal yang gw pelajari betul dari si Jatim Park ini adalah pengunjung dipaksa melewati semua wahana yang dia punya. Bener-bener jalurnya diatur banget. Gak ada deh jalan pintas untuk langsung ke kolam renang, misalnya. Semua mesti urut, ngelawatin satu per satu sajian yang mereka punya. Kalo suka, ya lama di situ; tapi kalo gak suka ya dilewatin aja. Tapi tetep harus ngikutin jalurnya.
Oke banget nih Jatim Park. Senja masih terlalu kecil untuk memahami serunya Taman Fisika di sana, jadinya yang kegirangan justru gw dan Hil, hahahaha. Di situ ada juga diorama sejarah berbagai macam yang terkait dengan Jawa Timur dari jaman dulu. Trus ada juga mini zoo. Ada juga kayak Kid Zone-nya BNS, tapi versi mini. Senja main dulu di sana, sementara gw rehat duduk-duduk dan Hil mengistirahatkan lengan kiri karena Senja minta gendong melulu.
Yang menarik dan sangat harus diapresiasi, di Jatim Park tersedia ‘Rumah Ibu dan Bayi’, tempat buat nyusuin. Di sini menyediakan juga ruang ganti popok, trus microwave. Hebat! Andaikata ada semacam Green Map untuk tempat wisata yang ramah dan mendukung ASI, perlu nih ini dimasukin!
Akhirnya kita sampai juga ke kolam renangnya. Dari pas nge-google dulu sih gw ngikik liat gambar kolam renang ini. Kayak water park gitu deh, dengan segala seluncuran dan permainan airnya, tapi gambar latarnya itu lho: Ken Arok. Haiyaaaahhh.. kan sangar amat doonggg..
Yang nyemplung ke kolam renang adalah Hil dan Senja karena gw mesti jaga barang (huhuhuhuhuhu). Gak lama begitu mereka nyemplung, eh kok yao ujan. Wayah, tambah dingin aja deh. Secara Batu itu dingin, trus Jatim Park ini deket gunung, ujan pula, makin dingin aja lah hay... Tapi Senja dan Hil bertahan dulu main-main di sana.
Gak lama, karena takut Senja kedinginan (apalagi kan sebenernya Senja masih pilek hehehe). Jadilah Senja dipaksa ganti baju begitu dia menunjukkan tanda-tanda kedinginan, walaupun Senja masih nunjuk-nunjuk kolam pertanda ingin nyemplung lagi. Tapi jangan dong ahh... kasian ntar beku, hihihi.
Langsung Senja dipakein baju, celana, trus sweater. Gak berapa lama, Senja nemplok di badan gw dan moloooorrrrr...
Jadilah Senja molor di pangkuan gw selama mungkin hampir 1 jam. Gw dan Hil sembari menanti ujan, nyemil-nyemil dulu dong. Tapi lama-lama kok ujan makin deres dan gak berhenti-berhenti yaaakk... sementara waktu udah hampir jam tutupnya Jatim Park (pukul 16.30). Abis itu nekat aja deh. Pake payung, trus berteduh ke tempat yang lebih nyaman. Eh Senja bangun. Ya udah mari yok kita ngebakso dulu ajaaaa...
Setelah Senja segar sempurna, kita mampir ke Taman Ikan, terpaksa melewatkan Taman Reptil dan Taman Burung, lalu belanja cemilan di Pasar Wisata-nya. Pasar Wisatanya juga ahoy. Dibangun dengan semangat marketing yang sama: kita harus melewati semua lapak yang disediakan.
Luar biasa cemerlang nih konsepnya. Pengunjung emang jadi gempor, tapi semua lapak jadi didatengin, pinter kan. Daaann.. banyak sekali yang ngejual kaos atau barang-barang lainnya dengan ‘merk’ Jatim Park. Walaupun gak ada keseragaman font misalnya, tetep aja semangatnya membara banget buat para pedagang bikin aneka rupa barang berlabel Jatim Park. Huebat!
Abis itu pulaaannggg deeehhhh...
Pak Muis si driver nanya,’Abis ini ke mana lagi?’ Hotel! Capeeekk boooo...
Oya Dace yang huebat... selamat ulang tahun yaaaaa... Hadiah ultahnya main di Jatim Park lhoooo ashooyyy... hihihihi...
Begitu bayar tiket (30 ribu dewasa, di bawah 85 senti gratis), dan menuju pemeriksaan barang, baru deh gw baca bener-bener tulisan di pengumuman: Dilarang membawa makanan. Jadi, makanan saja! Sialnya, tulisan ‘dan minuman’ di sebelahnya kata ‘makanan’ ketara banget baru diapus. Huhuhuhuhu... tau gitu kan bisa berhemat di dalam gak perlu beli minum *pelit lagi kekekeke*
Tapi ya sutra. Marilah kita nikmati Jatim Park yang dielu-elukan warga, tentunya Jatim, ini. Begitu masuk kita ketemu gong. Lucunya tulisan di samping gong super gede itu adalah ‘Gong Terbesar ke-2’ huahauhauhaua.. belum-belum kok minder gitu. Mbok yao gak usah disebut aja sekaliaaann, hihihihi...
Satu hal yang gw pelajari betul dari si Jatim Park ini adalah pengunjung dipaksa melewati semua wahana yang dia punya. Bener-bener jalurnya diatur banget. Gak ada deh jalan pintas untuk langsung ke kolam renang, misalnya. Semua mesti urut, ngelawatin satu per satu sajian yang mereka punya. Kalo suka, ya lama di situ; tapi kalo gak suka ya dilewatin aja. Tapi tetep harus ngikutin jalurnya.
Oke banget nih Jatim Park. Senja masih terlalu kecil untuk memahami serunya Taman Fisika di sana, jadinya yang kegirangan justru gw dan Hil, hahahaha. Di situ ada juga diorama sejarah berbagai macam yang terkait dengan Jawa Timur dari jaman dulu. Trus ada juga mini zoo. Ada juga kayak Kid Zone-nya BNS, tapi versi mini. Senja main dulu di sana, sementara gw rehat duduk-duduk dan Hil mengistirahatkan lengan kiri karena Senja minta gendong melulu.
Yang menarik dan sangat harus diapresiasi, di Jatim Park tersedia ‘Rumah Ibu dan Bayi’, tempat buat nyusuin. Di sini menyediakan juga ruang ganti popok, trus microwave. Hebat! Andaikata ada semacam Green Map untuk tempat wisata yang ramah dan mendukung ASI, perlu nih ini dimasukin!
Akhirnya kita sampai juga ke kolam renangnya. Dari pas nge-google dulu sih gw ngikik liat gambar kolam renang ini. Kayak water park gitu deh, dengan segala seluncuran dan permainan airnya, tapi gambar latarnya itu lho: Ken Arok. Haiyaaaahhh.. kan sangar amat doonggg..
Yang nyemplung ke kolam renang adalah Hil dan Senja karena gw mesti jaga barang (huhuhuhuhuhu). Gak lama begitu mereka nyemplung, eh kok yao ujan. Wayah, tambah dingin aja deh. Secara Batu itu dingin, trus Jatim Park ini deket gunung, ujan pula, makin dingin aja lah hay... Tapi Senja dan Hil bertahan dulu main-main di sana.
Gak lama, karena takut Senja kedinginan (apalagi kan sebenernya Senja masih pilek hehehe). Jadilah Senja dipaksa ganti baju begitu dia menunjukkan tanda-tanda kedinginan, walaupun Senja masih nunjuk-nunjuk kolam pertanda ingin nyemplung lagi. Tapi jangan dong ahh... kasian ntar beku, hihihi.
Langsung Senja dipakein baju, celana, trus sweater. Gak berapa lama, Senja nemplok di badan gw dan moloooorrrrr...
Jadilah Senja molor di pangkuan gw selama mungkin hampir 1 jam. Gw dan Hil sembari menanti ujan, nyemil-nyemil dulu dong. Tapi lama-lama kok ujan makin deres dan gak berhenti-berhenti yaaakk... sementara waktu udah hampir jam tutupnya Jatim Park (pukul 16.30). Abis itu nekat aja deh. Pake payung, trus berteduh ke tempat yang lebih nyaman. Eh Senja bangun. Ya udah mari yok kita ngebakso dulu ajaaaa...
Setelah Senja segar sempurna, kita mampir ke Taman Ikan, terpaksa melewatkan Taman Reptil dan Taman Burung, lalu belanja cemilan di Pasar Wisata-nya. Pasar Wisatanya juga ahoy. Dibangun dengan semangat marketing yang sama: kita harus melewati semua lapak yang disediakan.
Luar biasa cemerlang nih konsepnya. Pengunjung emang jadi gempor, tapi semua lapak jadi didatengin, pinter kan. Daaann.. banyak sekali yang ngejual kaos atau barang-barang lainnya dengan ‘merk’ Jatim Park. Walaupun gak ada keseragaman font misalnya, tetep aja semangatnya membara banget buat para pedagang bikin aneka rupa barang berlabel Jatim Park. Huebat!
Abis itu pulaaannggg deeehhhh...
Pak Muis si driver nanya,’Abis ini ke mana lagi?’ Hotel! Capeeekk boooo...
Oya Dace yang huebat... selamat ulang tahun yaaaaa... Hadiah ultahnya main di Jatim Park lhoooo ashooyyy... hihihihi...
Monday, March 29, 2010
Sama Ibun Enak
Baru di Malang trip ini, Senja keluar dengan rayuan maut baru.
Mepet ke gw, minta dipeluk, lalu dia bilang,’Sama ibun aja bobonya, enak.’
Haiyyaaaahhhhhhh
Mesra banget kaaaaaannnnn... senang!
Mepet ke gw, minta dipeluk, lalu dia bilang,’Sama ibun aja bobonya, enak.’
Haiyyaaaahhhhhhh
Mesra banget kaaaaaannnnn... senang!
Mari nge-BNS!
Ini tempat bener-bener spektakuleerrrrrrrrr...
Sebenernya ini tempat mungkin kayak Dufan gitu yah. Ada banyak sekali permainan, aneka rupa, di satu areal yang luas.
Kita keliling-keliling dulu. Tadinya mau naik bom-bom car yang katanya bisa untuk anak dan dewasa. Senja jelas tertarik karena ada gambar si mobil balap Lightning McQueen di sana. Tapi arena balapnya ternyata kena tampias ujan, jadi harus dikeringin dulu supaya mobilnya bisa jalan. Oke kita jalan-jalan dulu deh.
Lanjutlah kita ke Kid Zone. Di situ ada dua pilihan. Bisa main di arena yang kayak rumah balon gitu, tapi kayaknya mainan itu terlalu advanced buat Senja. Jadilah kita pilih yang Rp 15.000 sepuasnya.
Dan inilah surga yang sebenar-benarnya untuk Senja.
Nengok ke kiri dan kanan, semua mainan bisa dimainin sama Senja. Ada pukul-pukulan. Ada naik mobil-mobilan. Lalu masuk ke pagar sedikit, ada aneka rupa mainan lain yang sangat menggoda Senja. Ada yang kayak naik troli kecil gitu, trus meluncurrrrr... wahahaha Senja suka banget tuh! Abis itu mandi bola. Trus di pinggir, ada satu set permainan drum (ukuran sebenarnya), ada miniatur pesawat terbang dan bandara, ada mainan hutan dan binatang-binatangnya, lalu geser dikit ada satu lemari isinya mobil-mobilan. Ada lagi box tempat tidur dan bak mandi masing-masing dengan isi boneka bayi. Ada dapur-dapuran lengkap dengan peralatan masak, lalu di dekat sana juga ada meja makan lengkap dengan peralatan makannya.. Waaahhhhh sedap lahir batin deh buat Senja.
Makdarit, Senja giraaangg banget pas ada di Kid Zone itu. Bener-bener yang lari kanan, main dulu, lari kiri, main dulu, lari ke depan, bergembira ria, lalu lari balik lagi ke belakang, seneng-seneng lagi. Seneeenggg banget liat Senja bergembira ria gitu!
Yang cukup mengejutkan adalah Senja ngambil boneka-boneka bayi yang ada. Ada yang dari kursi makan, ada yang dari bak mandi dan ada 2 boneka bayi dari box tempat tidur. Haiya, gw kirain dia gak bakal tertarik sama boneka kayak gitu. Ternyata bonekanya trus dijajarin, dibarisin gitu. Tapi ya udah sih gitu doang, hihihihi.
Abis itu kita lanjut. Ke Lampion Garden!
Di loket, ada papan pengukur tinggi. Harusnya Senja diukur dulu, karena di bawah 85 senti gak bayar tiket alias gratis. Tapi Senja maunya digendong, trus gak diminta ngukur tinggi juga sama petugasnya. Ya udah, gretong deh Senja, hihihi.
Naaahhh tempat ini juga lucu banget. Mengundang banget untuk foto-foto deh, hahaha. Segala macem bentuk lampion ada di sini. Senja sempet kaget pas ada lampion berbentuk hiu (‘hiu gigi tajem’ kalo kata Senja). Abis itu ada lampion flamingo yang gerak-gerak ngikutin lagu, eh Senja ikut goyang-goyang ngikutin lagu. Jalan lagi, ketemu lampion berbentuk balon udara, wah asik, kayak di film ‘Up’ nih Senja!
Lampion Garden menutup perjumpaan kita dengan BNS alias Batu Night Spectacular yang ambooiii dehh... Senang senang senang!
Di mobil, tanpa ba-bi-bu, Senja langsung mak-blek alias tidur. Sampai ke hotel, dipindahin ke kamar pun, teteuup molor.
Sebenernya ini tempat mungkin kayak Dufan gitu yah. Ada banyak sekali permainan, aneka rupa, di satu areal yang luas.
Kita keliling-keliling dulu. Tadinya mau naik bom-bom car yang katanya bisa untuk anak dan dewasa. Senja jelas tertarik karena ada gambar si mobil balap Lightning McQueen di sana. Tapi arena balapnya ternyata kena tampias ujan, jadi harus dikeringin dulu supaya mobilnya bisa jalan. Oke kita jalan-jalan dulu deh.
Lanjutlah kita ke Kid Zone. Di situ ada dua pilihan. Bisa main di arena yang kayak rumah balon gitu, tapi kayaknya mainan itu terlalu advanced buat Senja. Jadilah kita pilih yang Rp 15.000 sepuasnya.
Dan inilah surga yang sebenar-benarnya untuk Senja.
Nengok ke kiri dan kanan, semua mainan bisa dimainin sama Senja. Ada pukul-pukulan. Ada naik mobil-mobilan. Lalu masuk ke pagar sedikit, ada aneka rupa mainan lain yang sangat menggoda Senja. Ada yang kayak naik troli kecil gitu, trus meluncurrrrr... wahahaha Senja suka banget tuh! Abis itu mandi bola. Trus di pinggir, ada satu set permainan drum (ukuran sebenarnya), ada miniatur pesawat terbang dan bandara, ada mainan hutan dan binatang-binatangnya, lalu geser dikit ada satu lemari isinya mobil-mobilan. Ada lagi box tempat tidur dan bak mandi masing-masing dengan isi boneka bayi. Ada dapur-dapuran lengkap dengan peralatan masak, lalu di dekat sana juga ada meja makan lengkap dengan peralatan makannya.. Waaahhhhh sedap lahir batin deh buat Senja.
Makdarit, Senja giraaangg banget pas ada di Kid Zone itu. Bener-bener yang lari kanan, main dulu, lari kiri, main dulu, lari ke depan, bergembira ria, lalu lari balik lagi ke belakang, seneng-seneng lagi. Seneeenggg banget liat Senja bergembira ria gitu!
Yang cukup mengejutkan adalah Senja ngambil boneka-boneka bayi yang ada. Ada yang dari kursi makan, ada yang dari bak mandi dan ada 2 boneka bayi dari box tempat tidur. Haiya, gw kirain dia gak bakal tertarik sama boneka kayak gitu. Ternyata bonekanya trus dijajarin, dibarisin gitu. Tapi ya udah sih gitu doang, hihihihi.
Abis itu kita lanjut. Ke Lampion Garden!
Di loket, ada papan pengukur tinggi. Harusnya Senja diukur dulu, karena di bawah 85 senti gak bayar tiket alias gratis. Tapi Senja maunya digendong, trus gak diminta ngukur tinggi juga sama petugasnya. Ya udah, gretong deh Senja, hihihi.
Naaahhh tempat ini juga lucu banget. Mengundang banget untuk foto-foto deh, hahaha. Segala macem bentuk lampion ada di sini. Senja sempet kaget pas ada lampion berbentuk hiu (‘hiu gigi tajem’ kalo kata Senja). Abis itu ada lampion flamingo yang gerak-gerak ngikutin lagu, eh Senja ikut goyang-goyang ngikutin lagu. Jalan lagi, ketemu lampion berbentuk balon udara, wah asik, kayak di film ‘Up’ nih Senja!
Lampion Garden menutup perjumpaan kita dengan BNS alias Batu Night Spectacular yang ambooiii dehh... Senang senang senang!
Di mobil, tanpa ba-bi-bu, Senja langsung mak-blek alias tidur. Sampai ke hotel, dipindahin ke kamar pun, teteuup molor.
Malang Nan Ahoooyy...
Pertama, tentu kita bertemu dulu dengan mobil sewaan dan pengemudinya, yaitu Pak Muis. Nyewa mobil udah termasuk driver + BBM. Mayan lah. Secara kami juga gatau alternatif lain berkeliling Malang¬-Batu tanpa mobil atau dengan kendaraan umum. Gw serahkan urusan plesir ke Malang ini ke tangan kakanda Hil lah... gw dan Senja tinggal manggut aja, hihihi.
Perjalanan pertama: sarapan, hihihi.
Karena masih jam 8 pagi, jadilah belum banyak yang buka. Akhirnya kita sembarang berhenti aja. Kita berhenti di Pecel Perunggu. Sumpah mampus ini tempat asing buat gw. Gak ada dalam rekomendasi siapa pun soal kuliner Malang lah. Tapi kita mampir ke sana. Tempatnya kecil, model warteg gitu deh. Begitu masuk, kita terpesona dengan papan menu pecel yang menyediakan lima rasa, wakakakakkaka. Pecelnya enak! Gado-gadonya enak! Rempeyeknya juga enak! Waaahh kok menemukan sarapan sedep gini pagi-pagi... senang! Sayangnya karena masih pagi, jadilah belum ada stok bumbu pecel, jadi gak bisa beli bawa pulang deh, huhuhuhu.
Sementara gw dan Hil terpuaskan dengan pecel dan gado-gado, Senja mogok makan. Disuapin, eh dilepehin. Iiihhhhh. Mana minta gendong melulu pula, wadooowww... Jadilah kita harus memuaskan diri Senja makan roti lagi. Daripada gak ada yang masuk sama sekali ya tooohh.
Pemberhentian selanjutnya: Tugu.
Ini adalah taman di tengah kota Malang. Well, paling enggak gw asumsikan ini ada di tengah kota, hihihi, karena di pinggirnya juga ada Balai Kota. Di situ banyak turis bule, kebanyakan udah oma-opa gitu deh. Jadilah Senja paling piyik gitu lari-larian di Taman Tugu. Karena di sekeliling monumen Tugu itu ada kolam dengan teratai ungu yang cantik dan indah nian, Senja begitu liat air langsung nanyain lumba-lumba. ‘Lumba-lumbanya mana?’ Laaahhhh masa di kolam teratai ada lumba-lumbaaaa..
Mampir dikiiitt, ke Museum Sejarah Bentoel.
Ini perhentian sesaat, gw sih sekadar gak enak aja nolak usulan Pak Muis the driver. Secara gw dan Hil gak ngerokok dan kami gak ingin Senja ngerokok, yaaaa basa basi aja deehh kunjungan ke Museum Bentoel ini, kekekekek...
Perhentian berikut: Lembah Dieng.
Ini rekomendasi dari Pak Muis, driver kami. Kita mah nurut aja dia ngajak ke mana. Secara target di hari pertama ke Malang emang gak muluk-muluk. Kita justru mati angin agenda gitu nungguin waktu check-in di hotel, hihihi. Lembah Dieng ini... dudidamdidam, apa ya highlight di sana? Tempat pemancingan kayaknya. Tapi deket situ ada kandang ayam. Nah bingung kaaaann.. Atau ayamnya buat umpan? Kekekekek. Di pinggir danau untuk kolam ikan itu pun juga ada permainan buat anak-anak: ayunan, jungkat-jungkit dan sebangsanya. Mainan udah pada karatan, penanda umur tua. Senja kesenengan, kegirangan, tapi juga ketakutan gitu pas naik ayunan tinggi-tinggi. Seru!
Lanjut mang. Abis ini kita ke: Hotel!
Horeeee... akhirnya tiba juga saat check-in yang ditunggu-tunggu. Kita nginep di Hotel Kartika Graha, booking via Bayu Buana travel, karena lebih murah. Pesawat juga booking lewat travel itu. Hotel ini udah menunjukkan keramaian KSN, Kongres Sepakbola Nasional, kok yao diadain pas kami bertiga cuti gini. Ternyata di hotel ini gak perlu bayar deposit, baiknyaaa... Abis itu langsung deh kita menuju ke kamar 307. Senja tentu hore-hore aja. Hal pertama yang dilakukan Senja adalah mandi, hihihi, secara pas berangkat masih dalam keadaan tidur gituuuhh...
Abis itu Senja dikasih makan roti lagi, karena masih emoh makan segala macam. Eh gak lama, dia tidur, setelah kamar digelapin, trus kita diem-dieman di kamar. Itung-itung tidur siang lah biar badannya Senja enak. Kalo cranky bin rewel kan gw juga yang spaneng. Selama nunggu Senja tidur, gw pesen makanan di hotel. Laper euy. Tapi lamanya naujubileh. Pas ditagih pesenannya, si mbak restoran beralasan tadi kita gak nyebutin nomor kamar. Lah situ kagak nanya... Abis itu gw kasih tau lah langsung nomor kamarnya. Tapi it took another half an hour untuk mendatangkan makanannya ke kamar. Byyyaahhh... lapeerrrrr...
Akhirnya makanan pun datang. Ayam sesuatu gitu, lalu Hil pesen apa gitu lupa. Pas Senja bangun. Jadilah ini sekalian kamar hotel jadi arena ngasih makan Senja. Senja pasti laper, tapi biasa dong, dia pasti nolak dulu. Senja harus dialihkan dulu perhatiannya dari satu kegiatan tunggal yaitu makan. Alhasil, Hil sibuk ngajak Senja main. Telfon dan perkakas hotel di nakas sebelah tempat tidur pura-puranya jadi panel-panel di pesawat antariksa. Huebaaattt kaaannn... Dan dengan cara itu, Senja lancaarrrrrrr makan, hebaat!
Lanjut lagi dong, kali ini ke Aroma Cookies.
Aroma Cookies ini gw temukan lewat Google. Tampaknya sih lucu. Ada kue kering dari semangka, dibentuk mirip semangka. So cute gitu deh tampilannya. Lokasinya ada di jalan apa gitu lupa, di Gang Madiun. Si Pak Muis belum pernah denger sama sekali soal Aroma Cookies ini, jadi dia ikut turun dari mobil untuk mencari si Aroma ini. Jadilah kita turun beramai-ramai. Nanya sama ibu-ibu yang ada di ujung gang, dia kagak tau. Cuma tebak-tebak buah manggis aja: ‘Oooo kue kering ya? Terus aja, lewatin rel, nanti tanya lagi sama orang di sana.’ Informatif sekali toh.
Dan jalanlah kita ke tempat yang ditunjukin si Ibu. Nyeberang rel. Abis itu ketemu perempatan. Nah lho. Ke mana nih? Kebetulan ada emak-emak lagi berkerumun, ngobrol.
Hil tanya lah sama dia:
Hil: Bu, tau di mana Aroma Cookies? (baca: ku-kis)
Emak: Cookies? Cookies apaan ya?
Hil: Iya katanya ada yang jual kue kering merknya Aroma di sini ya Bu?
Emak: Oooo cokis! (baca: co-kis)
Voila! Lantas kita ditunjukin ke sebuah tempat yang di depannya jualan makanan gitu. Si ibu yang jaga di depan membenarkan kalau dia bikin kue kering. Wah bener nih tempatnya? Tapi kok gak meyakinkan begindang yaaakk... Tempatnya kecil dan berantakan gitu deh. Lalu kita disuruh masuk. Haiya bener, kok berantakan ya? Lalu si ibu menjelaskan bahwa dia hanya bikin kue kalau lebaran, mau kue apa aja bisa. Sekarang pun kalo pesen ya boleh, tinggal bilang mau berapa kilo. Walah. Kok gak sesuai bayangan gw ya? Jangan-jangan salah niiiyyyy... Ya sudah lah kita pamit saja sama si Ibu. Daripada keburu kejebak beli berkilo-kilo kue kering sementara kita gatau enak atau enggaknya... rugi bandar doongs...
Next stop: Toko Oen!
Aaahhh akhirnya, my heaven! Setelah menunggu berlama-lama dan penasaran dengan Toko Oen ini, akhirnya kita bisa ke sana! Hooraaay! Dari Gang Madiun ini, kita naik becak. Kapan lagi. Senja harus ngerasain juga dong gimana ashoynya naik becak. 10 ribu untuk naik becak ke Toko Oen. Tauk lah itu mahal atau murah, yang penting kan pengalamannyaaaa... ya kaaann...
Sampai di Toko Oen, gw .. kayak.. baca blog hihihihi. Udah pernah liat foto Toko Oen dari blog, jadi udah gak perlu terkesima lagi dengan interiornya yang dari tahun 1930 itu. Tapi seneeeeenng aja rasanya berhasil ke tempat yang udah lama pingin gw datengin. For the sake of curiosity aja sebenernya, tapi puassss rasanya.
Hil langsung pesen es krim. ‘Es krim brandy!’ kata dia yakin. Haiyaaahhh.. Begitu es krimnya datang, slurup, wah kok enak ya. Senja, yuk makan es krim *culas* Tapi begitu Hil ngicipin lebih dari 2 sendok, wah kok mulai berasa ya brandy-nya. Mari mari yoook kita pesen es krim lain buat Senja. Masa bikin anak sendiri sempoyongan, hihihihihi...
Sementara gw langsung memesan menu ya udah gw incer sejak tau Toko Oen: steak lidah. Huummm membayangkannya aja udah yahuuuyyy banget... apalagi pas baca review di blog orang yang bilang dagingnya tuh empuk banget. Brrrhhh gak sabar. Lalu gw tanya sama si mbaknya, kalo steak lidah itu dengan kentang atau nasi. Dia bilang ada dua-duanya. Trus tanpa pikir panjang gw bilang,’Oke, satu ya!’
Eng ing eng, begitu makanannya dateng... ada dua porsi! Tadinya Hil takjub, nyaris mengagumi selera makan gw yang sampai 2 porsi itu. Setelah diklarifikasi ke si mbak, ternyata dia kira ketika gw bilang ‘oke satu’ tuh berarti satu yang pakai nasi dan satu yang pakai kentang. Waaiiyaaahhh.. ya udah deh, gapapa. Yang pakai nasi gw serahkan ke Hil, sementara yang pakai kentang gw santap.
Duh mau pingsan rasanya makan steak lidah Toko Oen. Dagingnya empuuuuuuuuuuuukkkk banget! Trus lidah itu kayaknya digoreng dulu, gatau pakai minyak atau pakai mentega, tapi masih ada kerasa asin-asinnya. Ennaaaakkk banget! Untungnya Senja juga doyan. Jadilah dia disuapin aneka rupa makanan dalam suapan dari kiri kanan: abis kentang, kasih es krim, abis itu kasih lidah, abis itu Senja nyelup sendiri tomat iris ke dalam saus steak sambil bilang,’Hmm, enak.’
Hahahaha toooppp...
Perjalanan pertama: sarapan, hihihi.
Karena masih jam 8 pagi, jadilah belum banyak yang buka. Akhirnya kita sembarang berhenti aja. Kita berhenti di Pecel Perunggu. Sumpah mampus ini tempat asing buat gw. Gak ada dalam rekomendasi siapa pun soal kuliner Malang lah. Tapi kita mampir ke sana. Tempatnya kecil, model warteg gitu deh. Begitu masuk, kita terpesona dengan papan menu pecel yang menyediakan lima rasa, wakakakakkaka. Pecelnya enak! Gado-gadonya enak! Rempeyeknya juga enak! Waaahh kok menemukan sarapan sedep gini pagi-pagi... senang! Sayangnya karena masih pagi, jadilah belum ada stok bumbu pecel, jadi gak bisa beli bawa pulang deh, huhuhuhu.
Sementara gw dan Hil terpuaskan dengan pecel dan gado-gado, Senja mogok makan. Disuapin, eh dilepehin. Iiihhhhh. Mana minta gendong melulu pula, wadooowww... Jadilah kita harus memuaskan diri Senja makan roti lagi. Daripada gak ada yang masuk sama sekali ya tooohh.
Pemberhentian selanjutnya: Tugu.
Ini adalah taman di tengah kota Malang. Well, paling enggak gw asumsikan ini ada di tengah kota, hihihi, karena di pinggirnya juga ada Balai Kota. Di situ banyak turis bule, kebanyakan udah oma-opa gitu deh. Jadilah Senja paling piyik gitu lari-larian di Taman Tugu. Karena di sekeliling monumen Tugu itu ada kolam dengan teratai ungu yang cantik dan indah nian, Senja begitu liat air langsung nanyain lumba-lumba. ‘Lumba-lumbanya mana?’ Laaahhhh masa di kolam teratai ada lumba-lumbaaaa..
Mampir dikiiitt, ke Museum Sejarah Bentoel.
Ini perhentian sesaat, gw sih sekadar gak enak aja nolak usulan Pak Muis the driver. Secara gw dan Hil gak ngerokok dan kami gak ingin Senja ngerokok, yaaaa basa basi aja deehh kunjungan ke Museum Bentoel ini, kekekekek...
Perhentian berikut: Lembah Dieng.
Ini rekomendasi dari Pak Muis, driver kami. Kita mah nurut aja dia ngajak ke mana. Secara target di hari pertama ke Malang emang gak muluk-muluk. Kita justru mati angin agenda gitu nungguin waktu check-in di hotel, hihihi. Lembah Dieng ini... dudidamdidam, apa ya highlight di sana? Tempat pemancingan kayaknya. Tapi deket situ ada kandang ayam. Nah bingung kaaaann.. Atau ayamnya buat umpan? Kekekekek. Di pinggir danau untuk kolam ikan itu pun juga ada permainan buat anak-anak: ayunan, jungkat-jungkit dan sebangsanya. Mainan udah pada karatan, penanda umur tua. Senja kesenengan, kegirangan, tapi juga ketakutan gitu pas naik ayunan tinggi-tinggi. Seru!
Lanjut mang. Abis ini kita ke: Hotel!
Horeeee... akhirnya tiba juga saat check-in yang ditunggu-tunggu. Kita nginep di Hotel Kartika Graha, booking via Bayu Buana travel, karena lebih murah. Pesawat juga booking lewat travel itu. Hotel ini udah menunjukkan keramaian KSN, Kongres Sepakbola Nasional, kok yao diadain pas kami bertiga cuti gini. Ternyata di hotel ini gak perlu bayar deposit, baiknyaaa... Abis itu langsung deh kita menuju ke kamar 307. Senja tentu hore-hore aja. Hal pertama yang dilakukan Senja adalah mandi, hihihi, secara pas berangkat masih dalam keadaan tidur gituuuhh...
Abis itu Senja dikasih makan roti lagi, karena masih emoh makan segala macam. Eh gak lama, dia tidur, setelah kamar digelapin, trus kita diem-dieman di kamar. Itung-itung tidur siang lah biar badannya Senja enak. Kalo cranky bin rewel kan gw juga yang spaneng. Selama nunggu Senja tidur, gw pesen makanan di hotel. Laper euy. Tapi lamanya naujubileh. Pas ditagih pesenannya, si mbak restoran beralasan tadi kita gak nyebutin nomor kamar. Lah situ kagak nanya... Abis itu gw kasih tau lah langsung nomor kamarnya. Tapi it took another half an hour untuk mendatangkan makanannya ke kamar. Byyyaahhh... lapeerrrrr...
Akhirnya makanan pun datang. Ayam sesuatu gitu, lalu Hil pesen apa gitu lupa. Pas Senja bangun. Jadilah ini sekalian kamar hotel jadi arena ngasih makan Senja. Senja pasti laper, tapi biasa dong, dia pasti nolak dulu. Senja harus dialihkan dulu perhatiannya dari satu kegiatan tunggal yaitu makan. Alhasil, Hil sibuk ngajak Senja main. Telfon dan perkakas hotel di nakas sebelah tempat tidur pura-puranya jadi panel-panel di pesawat antariksa. Huebaaattt kaaannn... Dan dengan cara itu, Senja lancaarrrrrrr makan, hebaat!
Lanjut lagi dong, kali ini ke Aroma Cookies.
Aroma Cookies ini gw temukan lewat Google. Tampaknya sih lucu. Ada kue kering dari semangka, dibentuk mirip semangka. So cute gitu deh tampilannya. Lokasinya ada di jalan apa gitu lupa, di Gang Madiun. Si Pak Muis belum pernah denger sama sekali soal Aroma Cookies ini, jadi dia ikut turun dari mobil untuk mencari si Aroma ini. Jadilah kita turun beramai-ramai. Nanya sama ibu-ibu yang ada di ujung gang, dia kagak tau. Cuma tebak-tebak buah manggis aja: ‘Oooo kue kering ya? Terus aja, lewatin rel, nanti tanya lagi sama orang di sana.’ Informatif sekali toh.
Dan jalanlah kita ke tempat yang ditunjukin si Ibu. Nyeberang rel. Abis itu ketemu perempatan. Nah lho. Ke mana nih? Kebetulan ada emak-emak lagi berkerumun, ngobrol.
Hil tanya lah sama dia:
Hil: Bu, tau di mana Aroma Cookies? (baca: ku-kis)
Emak: Cookies? Cookies apaan ya?
Hil: Iya katanya ada yang jual kue kering merknya Aroma di sini ya Bu?
Emak: Oooo cokis! (baca: co-kis)
Voila! Lantas kita ditunjukin ke sebuah tempat yang di depannya jualan makanan gitu. Si ibu yang jaga di depan membenarkan kalau dia bikin kue kering. Wah bener nih tempatnya? Tapi kok gak meyakinkan begindang yaaakk... Tempatnya kecil dan berantakan gitu deh. Lalu kita disuruh masuk. Haiya bener, kok berantakan ya? Lalu si ibu menjelaskan bahwa dia hanya bikin kue kalau lebaran, mau kue apa aja bisa. Sekarang pun kalo pesen ya boleh, tinggal bilang mau berapa kilo. Walah. Kok gak sesuai bayangan gw ya? Jangan-jangan salah niiiyyyy... Ya sudah lah kita pamit saja sama si Ibu. Daripada keburu kejebak beli berkilo-kilo kue kering sementara kita gatau enak atau enggaknya... rugi bandar doongs...
Next stop: Toko Oen!
Aaahhh akhirnya, my heaven! Setelah menunggu berlama-lama dan penasaran dengan Toko Oen ini, akhirnya kita bisa ke sana! Hooraaay! Dari Gang Madiun ini, kita naik becak. Kapan lagi. Senja harus ngerasain juga dong gimana ashoynya naik becak. 10 ribu untuk naik becak ke Toko Oen. Tauk lah itu mahal atau murah, yang penting kan pengalamannyaaaa... ya kaaann...
Sampai di Toko Oen, gw .. kayak.. baca blog hihihihi. Udah pernah liat foto Toko Oen dari blog, jadi udah gak perlu terkesima lagi dengan interiornya yang dari tahun 1930 itu. Tapi seneeeeenng aja rasanya berhasil ke tempat yang udah lama pingin gw datengin. For the sake of curiosity aja sebenernya, tapi puassss rasanya.
Hil langsung pesen es krim. ‘Es krim brandy!’ kata dia yakin. Haiyaaahhh.. Begitu es krimnya datang, slurup, wah kok enak ya. Senja, yuk makan es krim *culas* Tapi begitu Hil ngicipin lebih dari 2 sendok, wah kok mulai berasa ya brandy-nya. Mari mari yoook kita pesen es krim lain buat Senja. Masa bikin anak sendiri sempoyongan, hihihihihi...
Sementara gw langsung memesan menu ya udah gw incer sejak tau Toko Oen: steak lidah. Huummm membayangkannya aja udah yahuuuyyy banget... apalagi pas baca review di blog orang yang bilang dagingnya tuh empuk banget. Brrrhhh gak sabar. Lalu gw tanya sama si mbaknya, kalo steak lidah itu dengan kentang atau nasi. Dia bilang ada dua-duanya. Trus tanpa pikir panjang gw bilang,’Oke, satu ya!’
Eng ing eng, begitu makanannya dateng... ada dua porsi! Tadinya Hil takjub, nyaris mengagumi selera makan gw yang sampai 2 porsi itu. Setelah diklarifikasi ke si mbak, ternyata dia kira ketika gw bilang ‘oke satu’ tuh berarti satu yang pakai nasi dan satu yang pakai kentang. Waaiiyaaahhh.. ya udah deh, gapapa. Yang pakai nasi gw serahkan ke Hil, sementara yang pakai kentang gw santap.
Duh mau pingsan rasanya makan steak lidah Toko Oen. Dagingnya empuuuuuuuuuuuukkkk banget! Trus lidah itu kayaknya digoreng dulu, gatau pakai minyak atau pakai mentega, tapi masih ada kerasa asin-asinnya. Ennaaaakkk banget! Untungnya Senja juga doyan. Jadilah dia disuapin aneka rupa makanan dalam suapan dari kiri kanan: abis kentang, kasih es krim, abis itu kasih lidah, abis itu Senja nyelup sendiri tomat iris ke dalam saus steak sambil bilang,’Hmm, enak.’
Hahahaha toooppp...
Mari Terbang Bersama
Penerbangan hari ini puwagi banget. Flight jam 7, berarti jam 6 udah harus ada di bandara, berarti jam 5 berangkat! Wakwaw! Sementara hari-hari belakangan Senja bangunnya jam 7 melulu begindang... wadoowwhh...
Jadilah gw dan Hil terbirit-birit membereskan diri sendiri dulu sebelum jam 04.45, abis itu mulai gantiin baju Senja. Tentu gak mungkin berharap Senja bakal bangun dengan riang gembira trus mau mandi gitu dongs ya. Jadilah sembari Senja masih merem, dia dipakain pampers, celana pergi dan sepatu. Senja sempet kebangun, terhuyung-huyung, bingung gitu tampaknya, tapi ya sudah, langsung aja kita masuk ke taksi, setelah pamitan sama nyokap dan Mbak Ika.
Di jalan, tentu saja Senja langsung molor lagi. As planned. Bagus lah, biar gak terlalu cranky pas di bandara, yang repot pan kita juga, hihihi. Senja baru bangun begitu sampai bandara.
Check-in lancar, kita termasuk orang-orang pertama yang check-in. Abis itu menuju gate, nunggu di sana. Senja udah excited banget untuk terbang. Dia sibuk nanyain pesawatnya di mana, mau liat pesawat, ngajak lari-lari dan semacamnya. Untungnya mau sambil disambi makan roti isi sarikaya dan susu. Minimal perutnya keisi.
Ini jadi penerbangan kedua sebetulnya untuk Senja. Penerbangan pertama kan pas Senja umur 5 bulan, pas kita bertiga pergi ke Kuala Lumpur karena gw ada training seminggu. Tapi ini jadi penerbangan pertama di mana Senja betul-betul sadar kalau dia sedang terbang, di dalam pesawat terbang. Fiuh!
Boarding time tiba. Penerbangan domestik gitu lhoh, gak ada tuh ngikutin aturan yang gw dan Hil kira sebagai aturan baku, yaitu penumpang dengan anak didahulukan. Walah, gak ada tuh yang kayak gitu. Hajar bleh wae semuanya. Pas kita jalan di lorong menuju ke pesawat, Senja sibuk pingin liat pesawat, bergembira ria deh pokoknya. Seneng ngeliatnya. Minimal dia gak takut dengan pengalaman baru ini. Itu aja udah luar biasa banget.
Sampailah kita di dalam pesawat. Eng ing eng. Kita minta seat belt extra buat Senja, meskipun Senja punya tempat duduk sendiri. Buat jaga-jaga aja pas take off. Bener aja, Senja langsung minta pangku sama gw yang duduk di sisi jendela. Dia pingin liat pesawat-pesawat yang ada di sisi luar Sriwijaya Air yang akan terbang ke Malang ini. Jadilah kita bermesraan di sisi jendela, gw memangku Senja, oh indahnya... Mana Senja gak rewel pulaaa...
Begitu pesawat take off, Senja langsung gw minta makan roti dan minum susu. Gw bilang ke dia untuk bilang kalau kupingnya sakit. Eh dia malah asik sendiri. Diajak Hil baca inflight magazine yang ada barang-barang dagangannya itu, minta duduk sendiri. Langsung dong gw kasih hadiah buat anak baik dan manis seperti Senja: mobil-mobilan baru. Hehe. Bentuknya sebetulnya kayak mobil box panjang gitu. Tapi karena warnanya putih dan bentuknya tertutup gitu, jadilah dia mirip ambulans. ‘Ambulanch’ kalo kata Senja. Abis itu gw keluarin buku gambar dan krayon, jadilah Senja gambar-gambar. Hebatnya, Hil gambar mobil, Senja yang gambarin rodanya! Hebaatttttt....
Jadilah penerbangan 1,5 jam tidak terasa begitu lama. Alhamdulillaaaahh... sampai juga di Malang!
PS: Begitu turun dari pesawat, eh liat ada mobilnya SBY. Duh pasti itu jemputan kita *wink*
Jadilah gw dan Hil terbirit-birit membereskan diri sendiri dulu sebelum jam 04.45, abis itu mulai gantiin baju Senja. Tentu gak mungkin berharap Senja bakal bangun dengan riang gembira trus mau mandi gitu dongs ya. Jadilah sembari Senja masih merem, dia dipakain pampers, celana pergi dan sepatu. Senja sempet kebangun, terhuyung-huyung, bingung gitu tampaknya, tapi ya sudah, langsung aja kita masuk ke taksi, setelah pamitan sama nyokap dan Mbak Ika.
Di jalan, tentu saja Senja langsung molor lagi. As planned. Bagus lah, biar gak terlalu cranky pas di bandara, yang repot pan kita juga, hihihi. Senja baru bangun begitu sampai bandara.
Check-in lancar, kita termasuk orang-orang pertama yang check-in. Abis itu menuju gate, nunggu di sana. Senja udah excited banget untuk terbang. Dia sibuk nanyain pesawatnya di mana, mau liat pesawat, ngajak lari-lari dan semacamnya. Untungnya mau sambil disambi makan roti isi sarikaya dan susu. Minimal perutnya keisi.
Ini jadi penerbangan kedua sebetulnya untuk Senja. Penerbangan pertama kan pas Senja umur 5 bulan, pas kita bertiga pergi ke Kuala Lumpur karena gw ada training seminggu. Tapi ini jadi penerbangan pertama di mana Senja betul-betul sadar kalau dia sedang terbang, di dalam pesawat terbang. Fiuh!
Boarding time tiba. Penerbangan domestik gitu lhoh, gak ada tuh ngikutin aturan yang gw dan Hil kira sebagai aturan baku, yaitu penumpang dengan anak didahulukan. Walah, gak ada tuh yang kayak gitu. Hajar bleh wae semuanya. Pas kita jalan di lorong menuju ke pesawat, Senja sibuk pingin liat pesawat, bergembira ria deh pokoknya. Seneng ngeliatnya. Minimal dia gak takut dengan pengalaman baru ini. Itu aja udah luar biasa banget.
Sampailah kita di dalam pesawat. Eng ing eng. Kita minta seat belt extra buat Senja, meskipun Senja punya tempat duduk sendiri. Buat jaga-jaga aja pas take off. Bener aja, Senja langsung minta pangku sama gw yang duduk di sisi jendela. Dia pingin liat pesawat-pesawat yang ada di sisi luar Sriwijaya Air yang akan terbang ke Malang ini. Jadilah kita bermesraan di sisi jendela, gw memangku Senja, oh indahnya... Mana Senja gak rewel pulaaa...
Begitu pesawat take off, Senja langsung gw minta makan roti dan minum susu. Gw bilang ke dia untuk bilang kalau kupingnya sakit. Eh dia malah asik sendiri. Diajak Hil baca inflight magazine yang ada barang-barang dagangannya itu, minta duduk sendiri. Langsung dong gw kasih hadiah buat anak baik dan manis seperti Senja: mobil-mobilan baru. Hehe. Bentuknya sebetulnya kayak mobil box panjang gitu. Tapi karena warnanya putih dan bentuknya tertutup gitu, jadilah dia mirip ambulans. ‘Ambulanch’ kalo kata Senja. Abis itu gw keluarin buku gambar dan krayon, jadilah Senja gambar-gambar. Hebatnya, Hil gambar mobil, Senja yang gambarin rodanya! Hebaatttttt....
Jadilah penerbangan 1,5 jam tidak terasa begitu lama. Alhamdulillaaaahh... sampai juga di Malang!
PS: Begitu turun dari pesawat, eh liat ada mobilnya SBY. Duh pasti itu jemputan kita *wink*
Sunday, March 28, 2010
Krucil Ngobrol
Hari ini kita akhirnya pergi ke Bintaro. Tadinya gak niat pergi ke sana. Pilihannya antara di rumah aja atau pergi belanja ke supermarket. Kalo di rumah aja, Hil ada kerjaan dikit, jadi kalo Senja di rumah takutnya jadi gak konsen. Kebetulan, bokap-nyokap dan Uti mau arisan ke Serpong dan akan mampir ke Bintaro. Hmmmm apa sekalian ke Bintaro aja ya?
Yang jelas target hari ini adalah bikin Senja capek seharian, lalu tidur cepet, karena besoknya kan pakai flight jam 7 pagi ke Malang. Maka kita tanyalah pada kakanda Senja:
Cit: Senja, mau pergi nggak?
Senja: Nggak, di rumah aja.
Cit: Jalan-jalan mau nggak?
Senja: Mau! *lho gak konsisten*
Cit: Mau belanja ke supermarket atau ke Bintaro?
Senja: Ke supermarket aja.
Dan permintaan ini pun diterjemahkan bokap gw sebagai: mau ke supermarket yang ada di Bintaro, hahahahaha...
Di perjalanan, Senja tidur. Gw manyun deh. Gagal dong rencana hari ini untuk bikin Senja gak bobo, biar kecapekan sepanjang hari hihihihi. Begitu sampai Bintaro, langsung melek, dan Senja langsung bilang,’Ini rumah Angi.’ Waaahhh hebaattttt....
Sesampainya di Bintaro, pada kaget deh, soalnya semula emang dibilangin kalau Senja gak ikut. Horeee senang, Senja bisa main lagi sama Pelangi! Apalagi Senja udah mulai ceriwis, jadi ini saatnya menonton dua krucil ngobrol... asik!
Bongkar mainan di beranda, Senja dan Pelangi duduk berjajar. Lalu Senja ngeluarin buku mobil yang baru dibeliin Hil. Lalu gw minta Senja cerita soal mobil sport atap terbuka warna merah yang tadi kita liat di jalan tol. Senja cari-cari gambarnya di dalam buku, lalu mulai cerita ke Pelangi. Waaaahhh takjuuuubbbb.... Dua krucil bisa ngobrol!
Seperti biasa, Senja mulanya malu-malu. Mojok-mojok, main diem-diem gitu deh. Tapi abis itu blingsatannya keluar deh. Gebrak-gebrak peti kayu di beranda bareng Pelangi, trus mojok berduaan main petak umpet padahal duduk sebelahan, lalu lari-larian.
Pas sore-sore mereka main sambil bongkar kotak mainan Pelangi, eng ing eng, terjadilah sesuatu yang sudah diperkirakan sejak lama: Senja dan Pelangi rebutan mainan. Yaaahooooyy... Ada mainan mobil kecil bergambar bendera Inggris. Senja lagi mainin. Lalu direbut sama Pelangi. Lalu Senja dieeeeeeeeeeeemmmm aja. Gw berasa, ah ini Senja pasti lagi sedih. Gw langsung peluk Senja, nanyain dia kenapa. Air mata langsung menitik... aahhh... Dia sediiihhh sekali karena gak boleh mainan mobil-mobilannya Pelangi. Langsung deh gw dan kakak gw turun tangan. Gw menenangkan Senja, sementara kakak gw ngademin Pelangi. Mas Yud juga turun tangan. Dia pinjem mainannya dari Pelangi, lalu menyerahkannya ke Senja. Tapi Senja keburu sediiiiihhhh... jadi kita menenangkan diri deh ke beranda... ooohh manisku... hatimu haluusssss sekaliii...
Buru-buru deh dialihkan perhatiannya biar gak sedih kelamaan. Yuk kita main di taman depan! Horeeee!
Kelar main di taman, main di kamar kakak gw deh, sambil nonton TV. Di situ, mereka gantian ngumpet di dalam keranjang pakai kotor. Ini permainannya lucu banget. Senja ngumpet dalam keranjang pakaian kotor dari rotan, ditutup, lalu kita tanya dari luar,’Di dalam ada orang gak?’ lalu Senja akan berdiri dari dalam keranjang dengan wajah gweeembirraaaaa sambil bilang,’Aaaadaaaa...’ dan lalu tertawa terpingkal-pingkal. Langsung deh Pelangi minta gantian, hahahaha...
Yang jelas target hari ini adalah bikin Senja capek seharian, lalu tidur cepet, karena besoknya kan pakai flight jam 7 pagi ke Malang. Maka kita tanyalah pada kakanda Senja:
Cit: Senja, mau pergi nggak?
Senja: Nggak, di rumah aja.
Cit: Jalan-jalan mau nggak?
Senja: Mau! *lho gak konsisten*
Cit: Mau belanja ke supermarket atau ke Bintaro?
Senja: Ke supermarket aja.
Dan permintaan ini pun diterjemahkan bokap gw sebagai: mau ke supermarket yang ada di Bintaro, hahahahaha...
Di perjalanan, Senja tidur. Gw manyun deh. Gagal dong rencana hari ini untuk bikin Senja gak bobo, biar kecapekan sepanjang hari hihihihi. Begitu sampai Bintaro, langsung melek, dan Senja langsung bilang,’Ini rumah Angi.’ Waaahhh hebaattttt....
Sesampainya di Bintaro, pada kaget deh, soalnya semula emang dibilangin kalau Senja gak ikut. Horeee senang, Senja bisa main lagi sama Pelangi! Apalagi Senja udah mulai ceriwis, jadi ini saatnya menonton dua krucil ngobrol... asik!
Bongkar mainan di beranda, Senja dan Pelangi duduk berjajar. Lalu Senja ngeluarin buku mobil yang baru dibeliin Hil. Lalu gw minta Senja cerita soal mobil sport atap terbuka warna merah yang tadi kita liat di jalan tol. Senja cari-cari gambarnya di dalam buku, lalu mulai cerita ke Pelangi. Waaaahhh takjuuuubbbb.... Dua krucil bisa ngobrol!
Seperti biasa, Senja mulanya malu-malu. Mojok-mojok, main diem-diem gitu deh. Tapi abis itu blingsatannya keluar deh. Gebrak-gebrak peti kayu di beranda bareng Pelangi, trus mojok berduaan main petak umpet padahal duduk sebelahan, lalu lari-larian.
Pas sore-sore mereka main sambil bongkar kotak mainan Pelangi, eng ing eng, terjadilah sesuatu yang sudah diperkirakan sejak lama: Senja dan Pelangi rebutan mainan. Yaaahooooyy... Ada mainan mobil kecil bergambar bendera Inggris. Senja lagi mainin. Lalu direbut sama Pelangi. Lalu Senja dieeeeeeeeeeeemmmm aja. Gw berasa, ah ini Senja pasti lagi sedih. Gw langsung peluk Senja, nanyain dia kenapa. Air mata langsung menitik... aahhh... Dia sediiihhh sekali karena gak boleh mainan mobil-mobilannya Pelangi. Langsung deh gw dan kakak gw turun tangan. Gw menenangkan Senja, sementara kakak gw ngademin Pelangi. Mas Yud juga turun tangan. Dia pinjem mainannya dari Pelangi, lalu menyerahkannya ke Senja. Tapi Senja keburu sediiiiihhhh... jadi kita menenangkan diri deh ke beranda... ooohh manisku... hatimu haluusssss sekaliii...
Buru-buru deh dialihkan perhatiannya biar gak sedih kelamaan. Yuk kita main di taman depan! Horeeee!
Kelar main di taman, main di kamar kakak gw deh, sambil nonton TV. Di situ, mereka gantian ngumpet di dalam keranjang pakai kotor. Ini permainannya lucu banget. Senja ngumpet dalam keranjang pakaian kotor dari rotan, ditutup, lalu kita tanya dari luar,’Di dalam ada orang gak?’ lalu Senja akan berdiri dari dalam keranjang dengan wajah gweeembirraaaaa sambil bilang,’Aaaadaaaa...’ dan lalu tertawa terpingkal-pingkal. Langsung deh Pelangi minta gantian, hahahaha...
Saturday, March 27, 2010
Finally, MOIland!
Kalau secara sadar Hil diajak ke MOI Land, dia pastilah gak mau. Gw juga gengsi sebetulnya. Secara permainan ini ada di mal, dan kita bukan mall-type of people. Tapi berhubung kita udah di MOI, sementara Hil ngantri bayar buku di Gramedia yang lagi diskon 30persen dan ngantri gila-gilaan... jadilah gw dan Senja harus mencari cara untuk menghabiskan waktu... ya tooohh... *cari pembenaran*
Semula sih gw gak niat ke MOI Land. Niatnya nyari kereta yang keliling di MOI itu. Tapi nanya-nanya sama satpam kok ya gak ada yang tau di mana itu kereta mangkal. Masa iya main naik di mana aja. Kalaupun begitu, gw pun gatau rutenya. Masa nunggu sampe manyun, kan dogol kalo gitu caranya.
Ya udah lah, nyerah, yuk Senja kita main di MOI Land aja. Ternyata beli funcardnya yang paling murah itu harganya 50 ribu. Oke. Kita coba permainan pertama yang aman aja ya: komidi putar. Ngantri, kartu digesek, naiklah kita ke kuda kecil. Gw sambil nyuapin Senja makan roti. Tunggu punya tunggu, akhirnya komidi putar pun bergerak, amin. Setelah jalan, gw baru nyadar. Yaaahh gw salah pilih kuda deh, secara ni kuda gak naik turun, huhuhuhu..
Abis itu pindah tempat yook... Tadinya mau main forklift, tapi Senja belum boleh karena terlalu kecil. Trus mau ke tempat permainan lupa namanya apa, ada laptopnya segala macam gitu, tapi kok di situ tertulis ‘untuk 1 jam’. Laahhh rugi dong kalo kita ngabisin waktu di tempat itu doang kalo ada permainan lain. Akhirnya kita pilih naik kereta kecil, yang kayak ngelewatin peternakan gitu.
Ngantri dong. Gw sengaja keras-keras bilang ke Senja soal pesan moral mengantri, karena ada anak kecil di belakang gw yang berusaha nyerobot, tanpa orangtuanya melakukan apa pun. Idih sori ye. Gw paling malesss diserobot, orang beradab tuh ya ngantriiii. Pingin gw pites itu anak, kekekekek. Akhirnya kita berhasil naik kereta itu. Horeee... Senja seneng sekali. Karena di tiap kereta itu ada kemudinya, jadi Senja pura-puranya nyetir mobil gitu. Waaaahh lucu sekali! Senja keliatan seneeenngggg banget bisa pura-pura nyetir dan jalan betulan, asik!
Abis ini main apa lagi ya Senja? Mata gw tertumbuk pada mainan pesawat terbang. Pesawat mini, jadi yang naik hanya si anak. Lalu itu pesawat naik turun gitu. Gw pikir, mungkin ini bisa jadi pengenalan yang baik untuk Senja dengan pesawat terbang, secara lusa kita bakal terbang ke Malang. Gw tanya ke Senja, mau gak naik itu? Senja mah hayuh aja. Gw dong yang panik. Ntar kalo di atas Senja nangis gimana? Ntar kalo di atas trus Senja langsung mau turun gimana? Doooohhh sereeemmmmm....
Tapi gw putuskan untuk overcome my own fear. Gw yakinkan diri sendiri bahwa itu aman. Gw liat ada anak yang lebih kecil yang naik itu pesawat-pesawatan, oke, jadi kayaknya gak papa. Apalagi dua permainan sebelumnya kan Senja udah merasa aman karena bareng gw. Mudah-mudahan yang ini gapapa. Sumpah gw keder banget, ragu-ragu berat untuk membiarkan Senja tetap naik mainan pesawat itu atau enggak. Tapi karena Senja bilang mau, oke, kita coba. Berani!
Gw dudukkan Senja di atas pesawat. Gw bilang ke dia kalau gw gak ikut naik dan gw akan jagain dari bawah. Gw pastikan seat beltnya terpasang dengan baik. Lalu gw ke luar pagar lagi sambil terus meyakinkan Senja (dan diri sendiri) bahwa ini permainan asiiiikkkk banget. Eh Senja malah ngajak gw ikut naik. Laaaahhhh kepiyeee... Eng ing eng, pesawat pun naik...
Wadooowwwwww ngeri gw jadinya. Ini keputusan yang bener atau enggak ya? Huhuhuhuhu... panik panik panik, mana gw sendirian pula, gak ada Hil di sini.
Dari bawah, gw liat Senja mukanya tegang gitu. Dia kayaknya bergumam,’Nggak mau, nggak mau.’ Atau ‘Mau turun aja.’ Jadi gw terus menguatkan dia dari bawah. Putaran pesawatnya rasanya berlalu lamaaaaaaaaa sekali, padahal paling cuma 3 putaran. Begitu putaran berhenti, gw langsung ngibrit masuk pagar dan berusaha mengambil Senja. Sialnya seat beltnya betulan keras, jadi susah dibuka. Sembari nunggu mbak-nya bukain, gw terus menerus memuji Senja sebagai anak yang hebat karena berani naik permainan ini sendirian dan berada ketinggian.
Gw juga tetap menanyakan ketakutan Senja.
Cit: Senja tadi takut?
Senja: Iya. Senja takut jatoh.
Huhuhuhuuhuhu sayangkuuuhhhhhhh.... Mari kupeluuukkk...
Semula sih gw gak niat ke MOI Land. Niatnya nyari kereta yang keliling di MOI itu. Tapi nanya-nanya sama satpam kok ya gak ada yang tau di mana itu kereta mangkal. Masa iya main naik di mana aja. Kalaupun begitu, gw pun gatau rutenya. Masa nunggu sampe manyun, kan dogol kalo gitu caranya.
Ya udah lah, nyerah, yuk Senja kita main di MOI Land aja. Ternyata beli funcardnya yang paling murah itu harganya 50 ribu. Oke. Kita coba permainan pertama yang aman aja ya: komidi putar. Ngantri, kartu digesek, naiklah kita ke kuda kecil. Gw sambil nyuapin Senja makan roti. Tunggu punya tunggu, akhirnya komidi putar pun bergerak, amin. Setelah jalan, gw baru nyadar. Yaaahh gw salah pilih kuda deh, secara ni kuda gak naik turun, huhuhuhu..
Abis itu pindah tempat yook... Tadinya mau main forklift, tapi Senja belum boleh karena terlalu kecil. Trus mau ke tempat permainan lupa namanya apa, ada laptopnya segala macam gitu, tapi kok di situ tertulis ‘untuk 1 jam’. Laahhh rugi dong kalo kita ngabisin waktu di tempat itu doang kalo ada permainan lain. Akhirnya kita pilih naik kereta kecil, yang kayak ngelewatin peternakan gitu.
Ngantri dong. Gw sengaja keras-keras bilang ke Senja soal pesan moral mengantri, karena ada anak kecil di belakang gw yang berusaha nyerobot, tanpa orangtuanya melakukan apa pun. Idih sori ye. Gw paling malesss diserobot, orang beradab tuh ya ngantriiii. Pingin gw pites itu anak, kekekekek. Akhirnya kita berhasil naik kereta itu. Horeee... Senja seneng sekali. Karena di tiap kereta itu ada kemudinya, jadi Senja pura-puranya nyetir mobil gitu. Waaaahh lucu sekali! Senja keliatan seneeenngggg banget bisa pura-pura nyetir dan jalan betulan, asik!
Abis ini main apa lagi ya Senja? Mata gw tertumbuk pada mainan pesawat terbang. Pesawat mini, jadi yang naik hanya si anak. Lalu itu pesawat naik turun gitu. Gw pikir, mungkin ini bisa jadi pengenalan yang baik untuk Senja dengan pesawat terbang, secara lusa kita bakal terbang ke Malang. Gw tanya ke Senja, mau gak naik itu? Senja mah hayuh aja. Gw dong yang panik. Ntar kalo di atas Senja nangis gimana? Ntar kalo di atas trus Senja langsung mau turun gimana? Doooohhh sereeemmmmm....
Tapi gw putuskan untuk overcome my own fear. Gw yakinkan diri sendiri bahwa itu aman. Gw liat ada anak yang lebih kecil yang naik itu pesawat-pesawatan, oke, jadi kayaknya gak papa. Apalagi dua permainan sebelumnya kan Senja udah merasa aman karena bareng gw. Mudah-mudahan yang ini gapapa. Sumpah gw keder banget, ragu-ragu berat untuk membiarkan Senja tetap naik mainan pesawat itu atau enggak. Tapi karena Senja bilang mau, oke, kita coba. Berani!
Gw dudukkan Senja di atas pesawat. Gw bilang ke dia kalau gw gak ikut naik dan gw akan jagain dari bawah. Gw pastikan seat beltnya terpasang dengan baik. Lalu gw ke luar pagar lagi sambil terus meyakinkan Senja (dan diri sendiri) bahwa ini permainan asiiiikkkk banget. Eh Senja malah ngajak gw ikut naik. Laaaahhhh kepiyeee... Eng ing eng, pesawat pun naik...
Wadooowwwwww ngeri gw jadinya. Ini keputusan yang bener atau enggak ya? Huhuhuhuhu... panik panik panik, mana gw sendirian pula, gak ada Hil di sini.
Dari bawah, gw liat Senja mukanya tegang gitu. Dia kayaknya bergumam,’Nggak mau, nggak mau.’ Atau ‘Mau turun aja.’ Jadi gw terus menguatkan dia dari bawah. Putaran pesawatnya rasanya berlalu lamaaaaaaaaa sekali, padahal paling cuma 3 putaran. Begitu putaran berhenti, gw langsung ngibrit masuk pagar dan berusaha mengambil Senja. Sialnya seat beltnya betulan keras, jadi susah dibuka. Sembari nunggu mbak-nya bukain, gw terus menerus memuji Senja sebagai anak yang hebat karena berani naik permainan ini sendirian dan berada ketinggian.
Gw juga tetap menanyakan ketakutan Senja.
Cit: Senja tadi takut?
Senja: Iya. Senja takut jatoh.
Huhuhuhuuhuhu sayangkuuuhhhhhhh.... Mari kupeluuukkk...
Thursday, March 25, 2010
Senja’s FAQ
Belakangan ini Senja ceriwiiiiiiis buanget. Segala macam ditanyain. Segala hal dikomentarin. Nyokap sampai sering komentar,’Anakmu ngomong melulu’ sambil ketawa-ketiwi.
Ini dia deretan pertanyaan Senja yang paling sering:
- Ini apa?
- Ini punya siapa?
- Ini dari siapa?
- Ini suara apa?
- Itu apa?
- Itu kenapa?
- Ada apa?
Lalu kalau ketemu satu kata baru yang susah dia tiruin, dia ambil jalan pintas. Caranya dengan sekadar menyebut ‘he-eh’.
Kekekekekeke..
Ini dia deretan pertanyaan Senja yang paling sering:
- Ini apa?
- Ini punya siapa?
- Ini dari siapa?
- Ini suara apa?
- Itu apa?
- Itu kenapa?
- Ada apa?
Lalu kalau ketemu satu kata baru yang susah dia tiruin, dia ambil jalan pintas. Caranya dengan sekadar menyebut ‘he-eh’.
Kekekekekeke..
Wednesday, March 24, 2010
3 Film
Tiga film sudah membuktikan betapa perasanya Senja: Ratatouille, Robots dan Madagascar.
Senja gak nangis yang bersuara, tapi terdiam lalu air mata mengalir gitu. Dramatis banget kan. Dan semua selalu terjadi ketika adegan perpisahan antara orangtua dengan anaknya.
Ratatouille, pas si tikus koki itu berpisah dengan keluarganya yang kabur. Robots, pas adegan perpisahan. Madagascar, pas si singa diambil sama pemburu dan ayahnya gak berhasil menyelamatkan si anak.
Gile ya. Pantes aja Senja nangis pas kita omongin soal tidur di tempat tidur sendiri. Dia mungkin berasa ini kayak perpisahan.
Perasa sekali Senja ini. Sungguh terharu.
Berarti mesti pakai pendekatan lain nih untuk merayu Senja bobo sendiri...
Senja gak nangis yang bersuara, tapi terdiam lalu air mata mengalir gitu. Dramatis banget kan. Dan semua selalu terjadi ketika adegan perpisahan antara orangtua dengan anaknya.
Ratatouille, pas si tikus koki itu berpisah dengan keluarganya yang kabur. Robots, pas adegan perpisahan. Madagascar, pas si singa diambil sama pemburu dan ayahnya gak berhasil menyelamatkan si anak.
Gile ya. Pantes aja Senja nangis pas kita omongin soal tidur di tempat tidur sendiri. Dia mungkin berasa ini kayak perpisahan.
Perasa sekali Senja ini. Sungguh terharu.
Berarti mesti pakai pendekatan lain nih untuk merayu Senja bobo sendiri...
Monday, March 22, 2010
Siap Berangkat
Berangkat plesirnya masih Senin depan, koper udah siap, hihihi.
Pekan ini, kita semakin gencar bilang ke Senja soal 'jalan-jalan', 'pergi sama ibun-dada', 'naik pesawat' dan sebagainya. Biar Senja gak kaget atau tiba-tiba 'minta pulang' aja. Kan gaswat tuh.
Untuk plesir kali ini, kita mencoba travel light. Cuma bawa koper 1 dan ransel 2, gw dan Hil masing-masing bawa. Ransel Hil isinya baju ganti + pampers Senja, ransel gw isinya makanan dan mainan. Pas dongsss..
Senin ntar, flight berangkat jam 7 pagi. Wakwakdut tuh pastinya. Gw dan Hil udah ancang-ancang strategi, pas Minggu akan maiiinn trus sama Senja, gak ngasih kesempatan buat tidur siang, biar Senja bobonya jam 6 sore. Kekekeke bakal terjadi gak tuh ya?
Semoga selamat semua di perjalanan deh. Gak sabar!
Pekan ini, kita semakin gencar bilang ke Senja soal 'jalan-jalan', 'pergi sama ibun-dada', 'naik pesawat' dan sebagainya. Biar Senja gak kaget atau tiba-tiba 'minta pulang' aja. Kan gaswat tuh.
Untuk plesir kali ini, kita mencoba travel light. Cuma bawa koper 1 dan ransel 2, gw dan Hil masing-masing bawa. Ransel Hil isinya baju ganti + pampers Senja, ransel gw isinya makanan dan mainan. Pas dongsss..
Senin ntar, flight berangkat jam 7 pagi. Wakwakdut tuh pastinya. Gw dan Hil udah ancang-ancang strategi, pas Minggu akan maiiinn trus sama Senja, gak ngasih kesempatan buat tidur siang, biar Senja bobonya jam 6 sore. Kekekeke bakal terjadi gak tuh ya?
Semoga selamat semua di perjalanan deh. Gak sabar!
Tuesday, March 16, 2010
Halus Hatinya
Senja itu sangat halus hatinya. Perasa. Gile, perasaan gw dan Hil gak ada yang gitu yak...
Suatu siang, Senja dan Hil nonton DVD animasi. Robots judulnya. Gw juga belum nonton, main beli aja pas di Ambassador. Karena itu film berbahasa Inggris, jadinya sambil diceritain dong sama Hil.
Nah ada satu adegan di mana si anak robot pergi ke tempat lain, lalu berpisah dengan ayah dan ibunya. Diceritain lah itu adegan sama Hil.
Lalu Senja diam, dan nggak mau nonton lagi. Mukanya sediiiihhhh banget dan tiba-tiba meluncurlah itu air mata...
Hoalaaahhh...
Kejadian yang sama pas dia nonton Ratatouille. Itu lho yang soal tikus jago masak. Gile, coba di mana letak sedihnya. Telisik punya telisik, diduga Senja itu sedih pas adegan tikus jago masak itu berpisah dengan keluarganya. Pas mereka kabur dari rumah nenek tua itu, trus kan si tikus ketinggalan yang lainnya pas udah pada naik perahu tuh. Naaahh kayaknya pas itu Senja ngomong gak mau nonton. Tapi gw pikir, dia cuma gak mau nonton karena ini film baru. Jadi lanjut lah. Eh Senja tetep diam, dan tiba-tiba keluar air mata... Haduuuhh...
Anak ini perasa sekali ya.. terharu saya..
Suatu siang, Senja dan Hil nonton DVD animasi. Robots judulnya. Gw juga belum nonton, main beli aja pas di Ambassador. Karena itu film berbahasa Inggris, jadinya sambil diceritain dong sama Hil.
Nah ada satu adegan di mana si anak robot pergi ke tempat lain, lalu berpisah dengan ayah dan ibunya. Diceritain lah itu adegan sama Hil.
Lalu Senja diam, dan nggak mau nonton lagi. Mukanya sediiiihhhh banget dan tiba-tiba meluncurlah itu air mata...
Hoalaaahhh...
Kejadian yang sama pas dia nonton Ratatouille. Itu lho yang soal tikus jago masak. Gile, coba di mana letak sedihnya. Telisik punya telisik, diduga Senja itu sedih pas adegan tikus jago masak itu berpisah dengan keluarganya. Pas mereka kabur dari rumah nenek tua itu, trus kan si tikus ketinggalan yang lainnya pas udah pada naik perahu tuh. Naaahh kayaknya pas itu Senja ngomong gak mau nonton. Tapi gw pikir, dia cuma gak mau nonton karena ini film baru. Jadi lanjut lah. Eh Senja tetep diam, dan tiba-tiba keluar air mata... Haduuuhh...
Anak ini perasa sekali ya.. terharu saya..
Friday, March 12, 2010
Pengaruh TV
Pagi-pagi abis mandi, Senja lagi ganti baju, pintu kamar terbuka jadi dia bisa ngintip TV-nya bokap. Lagi nyala, gw lagi nonton berita soal penangkapan teroris di Pamulang.
Senja masih telanjang bulet, lagi dihandukin, sambil senyum-senyum, dia niruin omongan di TV:
‘Ditembak.. petugas...
Walah. Gaswat! Ganti channel!
***
Jelang bobo malam, Senja lagi main-main di atas tempat tidur bareng Hil. TV nyala. Biasa deh, lagi iklan RBT entah band apa itu.
Tiba-tiba Senja dalam keadaan siaga, menghadap ke arah TV, dan menirukan nyanyian di TV.
Hil bengong dong. Buset, Senja niruin apaan?
Ternyata adalah band Armada yang sedang bernyanyi. Ow ow siapakah mereka gerangan? Duuuuhhh susah deh nih gw bukan anak Inbox, Derings atau Dahsyat..
Senja masih telanjang bulet, lagi dihandukin, sambil senyum-senyum, dia niruin omongan di TV:
‘Ditembak.. petugas...
Walah. Gaswat! Ganti channel!
***
Jelang bobo malam, Senja lagi main-main di atas tempat tidur bareng Hil. TV nyala. Biasa deh, lagi iklan RBT entah band apa itu.
Tiba-tiba Senja dalam keadaan siaga, menghadap ke arah TV, dan menirukan nyanyian di TV.
Hil bengong dong. Buset, Senja niruin apaan?
Ternyata adalah band Armada yang sedang bernyanyi. Ow ow siapakah mereka gerangan? Duuuuhhh susah deh nih gw bukan anak Inbox, Derings atau Dahsyat..
Tuesday, March 9, 2010
Kesenangan yang Berbeda
What are the changes you're facing after getting married and having a child?
Gw dan Hil kerap berbincang soal itu. Dalam konteks membicarakan diri sendiri, atau sedang mengomentari orang lain. Ini kasusnya lebih ke perubahan di kehidupan sosial yang kami alami setelah menikah, juga setelah ada Senja.
Jaman lajang dulu, rasanya rugi kalo pulang ke rumah sesuai jam kerja. Pasti ada aja alesan untuk berlama-lama di kantor. Ngobrol-ngobril, plesiran dulu, pacaran dulu kek, atau apa lah. Yang penting gak langsung pulang ke rumah. Karena kalaupun pulang ke rumah, hayo mau ngapain. Apalagi setelah kakak gw menikah dan tinggal di Bintaro. Manyun dong eke. Pulang ke rumah paling ketemu bokap-nyokap yang akan saling sibuk ngobrol to each other juga. Paling ceklak ceklik TV, nonton DVD di kamar, gitu deh. Sementara di hari libur, dengan senang hati berjibaku ekstra di kantor. Atau sekadar datang ke kantor. Atau mati-matian cari kesibukan biar gak gantung. Makanya gw di kantor suka diledekin sebagai anak broken home, karena ada di kantor melulu, hihihi.
Sekarang? Wuih, beda banget.
Kalo gak langsung pulang ke rumah, bawaannya berasa rugi. Bahkan untuk makan malam dulu sebelum pulang, kok kayaknya kasian Senja. Kita kan cuma ketemu Senja 1-2 jam di pagi hari, lalu kerja, trus kalo pulang kerja gak disempetin ketemu kok kayaknya kejem banget.
Awalnya gw suka nelangsa kalau tau ada teman yang trus pergi keluar sama temen lain, sekadar hang out gitu aja. Berasa ditinggalin. Berasa being left behind. Berasa no longer have a social life. Tapi on second thought, kalaupun gw diajak, gw pasti juga pikir-pikir banget untuk mengiyakan. Unless gw yakin kalo Hil bakal ada di rumah dan siaga nemenin Senja, belum tentu gw mengiyakan ajakan untuk kelayapan.
Makanya gw selalu kagum sama emak pekerja yang punya social life yang baik.
Ah ya ya, gw tau. Hidup harus seimbang. Gw juga harus value myself as a person, yang deserve to have a proper social life. Tapi apa gunanya gw bersosialisasi kalo trus yang gw pikirin adalah Senja? Lah wong kalo Senja pas lagi anget, gw aja suka lupa nelfon dari kantor, apalagi kalo keseringan plesir kekekeke.
Gw seneng kerja, gw seneng dengan pekerjaan gw. Gw gak pernah kepikiran untuk bekerja di rumah, misalnya. Dengan begitu, gw tau pasti sedikitnya 8 jam dalam sehari bakal gw habiskan di kantor. Sisa waktunya baru buat Hil dan Senja, juga buat gw. Kata orang, time flies. 'Tiba-tiba anak gede dan elu bakal nyesel karena gak menghabiskan banyak waktu sama anak lu,' katanya. Gw gak ingin mengalami penyesalan itu. Gw ingin cherish every moment, sama Senja, juga sama Hil.
Karenanya gw ingin mempertahankan 8 jam kerja itu menjadi 8 jam saja, tidak lebih, tentu tidak kurang. Yaaa pada kenyataannya sih ada aja bawa kerjaan ke rumah. Dulu gw suka 'ijin kerja' sama Hil kalo pas mesti ngedit di rumah. Tapi lama-lama gak enak sendiri. Akhirnya gw bersepakat sama diri sendiri, kalaupun gw mau kerja di rumah, maka itu lebih baik nunggu Senja dan Hil tidur. Biar mereka gak tercerabut haknya atas gw.
Sometimes I think I want a social life. But some other times, I don't think that's what I really want.
Oprah bilang, kita harus punya me-time. Totally aggree with that. I find a guilt-free-me-time in moments like now: when Hil and Senja sleep, so I can do whatever I want.
Sederhana kok. Me-time gw gunakan untuk update blog, nonton DVD menye, sambil leyeh-leyeh. Itu udah me-time yang cukup buat gw. Hm, well walaupun gw juga gak akan nolak kalau ada gratisan nyalon berjam-jam ya, kekekeke.. inget, mesti gratisan. Kalo bayar, emoh. Mendingan pulang aja dan main sama Senja hahahaha.
Hil selalu meyakini bahwa kesenangan di masa lajang berbeda dengan kesenangan setelah menikah, plus punya anak. Dulu senang di masa lajang berarti keluyuran dan kelayapan sama temen. Tapi senang di masa sekarang berarti bersenang-senang bertiga, ke mana pun itu. Tetap senang, tapi berbeda. Gak ada yang lebih berat dibandingkan yang lain. Beda.
Life is a series of compromises.
Ready!
Ahhhh... we're sooo ready for the trip!
Seperti biasa, kami menjadwalkan cuti bareng di akhir Maret. 30 Maret ulang taun Hil, 31 Maret anniversary kami, cuit cuitt..
Tahun lalu ke Bandung, jadi tahun ini mesti ke manaaaa gitu.
Tadinya gw mau sok berhemat jatah cuti. Hil masih sekarung gitu jatah cutinya, sementara jatah cuti gw udah lebih banyak terpakai. Tapi on second thought, I deserve a proper, joyful and good holiday during working days, hahaha. Jadi, gw ajukan cuti seminggu setelah merayu temen sebelah gw untuk tandatangan formulir cuti. Dia yang bernama Surya ini setuju dengan alasan,'Yaaa daripada rumah tangga temen berantakan gitu lhoo...' Kekekekek.
Flight, booked.
Hotel, booked.
Car, booked.
Ahhhh we're sooo readdyyyy...
Dan tadi kita tanya ke Senja.
Hil: Senja mau jalan-jalan nggak? Kita nanti naik pesawat.
Senja: Mau!
Asiiiikkkkkk...
Monday, March 8, 2010
Anak Pintar
Suatu pagi, bangun tidur. Gw mau nyuruh Senja ganti celana karena semalam abis ngompol.
Gw: Senja, ganti celana yuk. Kan semalam ngompol.
Senja: (sambil pegang celana) Kan udah kering
Haiiyaaaaaa...
**
Suatu sore, Senja ngotot pasang CD musik lagu anak-anak di DVD player.
Gw: Tuh, Senja, ini gak bisa muter. Gak ada gambarnya.
Senja: Senja tau! Dilap dulu!
Biasanya emang kalo nonton DVD, trus macet, DVD-nya akan dikeluarin lalu dilap. Jadi deh itu solusi buat semua kemacetan, hihihi.
**
Tengah malam, Senja mendadak panas. Tengah malam pun bangun, minum oobat lalu gak bisa langsung tidur. Jam 2-an pagi kira-kira. Ada bunyi tiang listrik dikentongin sama hansip.
Senja: Ini suara apa?
Gw: (terpana atas pertanyaan Senja) Ooo ini suara hansip, lagi ngetokin tiang listrik. Sambil jaga malam, supaya rumah kita gak kemalingan.
Besok paginya, Senja masih inget soal kejadian ini. Tapi dia mengingatnya sebagai ‘tukang listrik’.
**
Suatu pagi, Senja beli buku kecil Cars di abang jual mainan depan SD. Bukunya asal buat, asal rangkai gambar, nama mobil Lightning McQueen jadi Max Queen, pokoknya ngaco total deh. Maklum dong, harga cuma seribu perak. Tapi Senja suka banget itu buku.
Senja: Buku?
Gw: Buku yang mana?
Senja: Buku dari abang.
**
Bangun pagi, Senja masih merem melek. Duduk, masih doyong kanan doyong kiri karena belum ngumpul nyawanya.
Senja: Bun, bangunin Dada yok!
Gw: Ayo! Kita cium Dada yok!
Senja: Yok yok!
Dan kami mencium pipi Hil yang masih bobo bersama-sama. Yummmiieeeeehhhh...
Gw: Senja, ganti celana yuk. Kan semalam ngompol.
Senja: (sambil pegang celana) Kan udah kering
Haiiyaaaaaa...
**
Suatu sore, Senja ngotot pasang CD musik lagu anak-anak di DVD player.
Gw: Tuh, Senja, ini gak bisa muter. Gak ada gambarnya.
Senja: Senja tau! Dilap dulu!
Biasanya emang kalo nonton DVD, trus macet, DVD-nya akan dikeluarin lalu dilap. Jadi deh itu solusi buat semua kemacetan, hihihi.
**
Tengah malam, Senja mendadak panas. Tengah malam pun bangun, minum oobat lalu gak bisa langsung tidur. Jam 2-an pagi kira-kira. Ada bunyi tiang listrik dikentongin sama hansip.
Senja: Ini suara apa?
Gw: (terpana atas pertanyaan Senja) Ooo ini suara hansip, lagi ngetokin tiang listrik. Sambil jaga malam, supaya rumah kita gak kemalingan.
Besok paginya, Senja masih inget soal kejadian ini. Tapi dia mengingatnya sebagai ‘tukang listrik’.
**
Suatu pagi, Senja beli buku kecil Cars di abang jual mainan depan SD. Bukunya asal buat, asal rangkai gambar, nama mobil Lightning McQueen jadi Max Queen, pokoknya ngaco total deh. Maklum dong, harga cuma seribu perak. Tapi Senja suka banget itu buku.
Senja: Buku?
Gw: Buku yang mana?
Senja: Buku dari abang.
**
Bangun pagi, Senja masih merem melek. Duduk, masih doyong kanan doyong kiri karena belum ngumpul nyawanya.
Senja: Bun, bangunin Dada yok!
Gw: Ayo! Kita cium Dada yok!
Senja: Yok yok!
Dan kami mencium pipi Hil yang masih bobo bersama-sama. Yummmiieeeeehhhh...
Sirup Jeruk
Sejak waktu itu tiba-tiba Senja panas di tengah malam dan amandelnya sakit, gw dan Hil merasa daya tahan tubuh Senja harus agak di-upgrade. Mungkin perlu di-boost dengan vitamin, misalnya.
Lalu gw melirik ke Scott’s Emulsion. Gak ada alasan apa pun selain karena dulu waktu kecil gw dikasih itu sama nyokap. Hil juga pernah minum itu. Yaaahh walaupun dulu tuh rasanya belum jeruk dan gak enak dan gw juga kabur-kaburan kalo minum minyak ikan itu. Tapi sekarang kita coba lah jajal ke Senja.
Awalnya, pas gw yang memperkenalkan, Senja ogah-ogahan. Mungkin dia parno ini minum obat kali ye. Nah pas Hil yang memperkenalkan, baru deh mau. Hil menunjukkan Scott’s Emulsion itu dengan wajah berbinar-binar, sembari menyebut ini sebagai ‘sirup jeruk, enak!’ Biar Senja merasa dilibatkan dalam proses meminum vitamin ini, sendok langsung dikasih ke Senja. Kita yang tuangin vitaminnya di atas sendok Senja (tentu dipegangin juga biar gak tumpah), lalu Senja nyuap sendiri deh.
Pinter!
Dan alhasil sekarang dia setiap mau minum Scott’s Emulsion!
Lalu gw melirik ke Scott’s Emulsion. Gak ada alasan apa pun selain karena dulu waktu kecil gw dikasih itu sama nyokap. Hil juga pernah minum itu. Yaaahh walaupun dulu tuh rasanya belum jeruk dan gak enak dan gw juga kabur-kaburan kalo minum minyak ikan itu. Tapi sekarang kita coba lah jajal ke Senja.
Awalnya, pas gw yang memperkenalkan, Senja ogah-ogahan. Mungkin dia parno ini minum obat kali ye. Nah pas Hil yang memperkenalkan, baru deh mau. Hil menunjukkan Scott’s Emulsion itu dengan wajah berbinar-binar, sembari menyebut ini sebagai ‘sirup jeruk, enak!’ Biar Senja merasa dilibatkan dalam proses meminum vitamin ini, sendok langsung dikasih ke Senja. Kita yang tuangin vitaminnya di atas sendok Senja (tentu dipegangin juga biar gak tumpah), lalu Senja nyuap sendiri deh.
Pinter!
Dan alhasil sekarang dia setiap mau minum Scott’s Emulsion!
Sunday, March 7, 2010
Bahasa Jawa
Di rumah, Senja kan sekarang diurus sama si Ibu dan Mbak Ika. Nah, dua-duanya tuh orang Jawa. Si Ibu dari Wonogiri, Jawa Tengah, si Mbak Ika dari Ponorogo, Jawa Timur.
Si Ibu kalo lagi manggil Senja, suka manggil dengan sebutan ‘Tole’. Kalo disingkat, manggilnya, ‘Le.. le..’ Jadilah sekarang Senja suka niruin ‘Le, le’ kekekekekek..
Suatu ketika, Senja juga dengerin si Mbak Ika pas lagi telfon-telfonan sama temennya. Lagi cerita apa gatau, trus si Mbak Ika ngomong ‘ora, ora’. Langsung deh ditiruin juga sama Senja,’ora-ora’, hihihihi.
Kata bahasa Jawa yang terakhir yang Senja udah tau adalah ‘urung’ alias ‘belum’.
Ih padahal kan gw tercerabut dari akar budaya, kok yao Senja malah pinter bahasa Jawa, hahaha..
Si Ibu kalo lagi manggil Senja, suka manggil dengan sebutan ‘Tole’. Kalo disingkat, manggilnya, ‘Le.. le..’ Jadilah sekarang Senja suka niruin ‘Le, le’ kekekekekek..
Suatu ketika, Senja juga dengerin si Mbak Ika pas lagi telfon-telfonan sama temennya. Lagi cerita apa gatau, trus si Mbak Ika ngomong ‘ora, ora’. Langsung deh ditiruin juga sama Senja,’ora-ora’, hihihihi.
Kata bahasa Jawa yang terakhir yang Senja udah tau adalah ‘urung’ alias ‘belum’.
Ih padahal kan gw tercerabut dari akar budaya, kok yao Senja malah pinter bahasa Jawa, hahaha..
Pinter Sikat Gigi
Senja sekarang paling pinter dan paling seneng sikat gigi.
Tiap kali kelar ritual mandi, dia pasti nagih,’Sikat gigi!’
Nah trus kalo lagi mandi iseng-iseng karena dia kegerahan pas tengah hari bolong gitu, kan mestinya gak usah sikat gigi yak. Tapi dia pasti menuntut untuk sikat gigi.
Ih pinter banget. Perasaan gw aja gak gitu-gitu amat sama sikat gigi, hihihi.
Tiap kali kelar ritual mandi, dia pasti nagih,’Sikat gigi!’
Nah trus kalo lagi mandi iseng-iseng karena dia kegerahan pas tengah hari bolong gitu, kan mestinya gak usah sikat gigi yak. Tapi dia pasti menuntut untuk sikat gigi.
Ih pinter banget. Perasaan gw aja gak gitu-gitu amat sama sikat gigi, hihihi.
Saturday, March 6, 2010
Belajar Menggunting
Tadi siang nemu gunting kecil yang tampaknya tidak berbahaya. Gunting ini satu paket sama peralatan jait kecil gitu, cuma gunting buat benang aja jadinya.
Ah ajarin Senja menggunting aaahh...
Kami duduk sama-sama di lantai. Gw pegang kertas, lalu nyontohin gimana cara menggunting ke Senja. Abis itu giliran Senja. Senja anteeeng aja bareng gw belajar menggunting. Mula-mula dia salah masukin jari ke dua lubangnya gunting itu, dia pakai telunjuk dan jari tengah.
Oke, dibenerin. Jempol dan telunjuk sudah ditempatnya, ok. Kertas di-pas-in, sip.
Satu, dua, tiga, kresss... horeeee.... Senja berhasil!
Yaaakk abis itu Senja seneng deh gunting-gunting. Gak kalap sih, cuma kalo pas disediain gunting dan kertas aja.
Dan tiap kali berhasil satu kali kresss, Senja langsung berhenti, wajahnya gembiraaaaaa sekali, lalu tepuk tangan, horeeeeeee...
Ah ajarin Senja menggunting aaahh...
Kami duduk sama-sama di lantai. Gw pegang kertas, lalu nyontohin gimana cara menggunting ke Senja. Abis itu giliran Senja. Senja anteeeng aja bareng gw belajar menggunting. Mula-mula dia salah masukin jari ke dua lubangnya gunting itu, dia pakai telunjuk dan jari tengah.
Oke, dibenerin. Jempol dan telunjuk sudah ditempatnya, ok. Kertas di-pas-in, sip.
Satu, dua, tiga, kresss... horeeee.... Senja berhasil!
Yaaakk abis itu Senja seneng deh gunting-gunting. Gak kalap sih, cuma kalo pas disediain gunting dan kertas aja.
Dan tiap kali berhasil satu kali kresss, Senja langsung berhenti, wajahnya gembiraaaaaa sekali, lalu tepuk tangan, horeeeeeee...
Mencocokkan Kartu
Ini permainan terbaru dengan kartu-kartu Cars yang gw beliin.
Gw taro kartu-kartunya di atas kasur. Lalu satu per satu gw acungin, minta Senja cari pasangannya.
Aiiihhhhh Senja pinter sekaliiii deehhh... Duh terharu banget gw ngeliat Senja sukses mencocokkan kartu dengan baik dan benar.
Kartu Aboye (trailer gede warna merah namanya Mac) dicocokkan dengan kartu Aboye. Kartu mobil Condet (mobil derek coklat bernama Mater) dicocokkan dengan sesama kartu mobil Condet. Mobil balap sama mobil balap. Sally sama Sally. Duuuhhh pinter banget dah!
Manstafff!
Gw taro kartu-kartunya di atas kasur. Lalu satu per satu gw acungin, minta Senja cari pasangannya.
Aiiihhhhh Senja pinter sekaliiii deehhh... Duh terharu banget gw ngeliat Senja sukses mencocokkan kartu dengan baik dan benar.
Kartu Aboye (trailer gede warna merah namanya Mac) dicocokkan dengan kartu Aboye. Kartu mobil Condet (mobil derek coklat bernama Mater) dicocokkan dengan sesama kartu mobil Condet. Mobil balap sama mobil balap. Sally sama Sally. Duuuhhh pinter banget dah!
Manstafff!
Subscribe to:
Posts (Atom)