Sebagai bagian dari tindak lanjut ketemuan dengan dr Dahlan, gw mencari-cari dokter bedah anak yang tepat buat Senja. Hehe, tepat atau enggaknya emang tau dari mana hayo? Ya gak tau. Jadi ya gw nyocokin aja nama yang ada di jadwal dokter Yadika dan Carolus dengan hasil pencarian google. Perkara itu membantu atau enggak, urusan kedua. Yang penting udah nyari, hihihihi.
Tadinya sempet mau ke dokter bedah anak yang di Yadika, karena jam praktiknya oke banget, Senin jam 19-21. Gw berarti gak usah pulang cepet dari kantor. Tapi berdasarkan pertimbangan Hil, tampaknya kita bertahan di Carolus saja kali ye. Sembari mengetes pertimbangan harga, lagi-lagi gw melakukan riset. Kali ini riset harga, hihihi. Di Carolus, sunat yang langsung pulang itu paling Rp 1.5 juta saja (hore). Sementara di Yadika, sunat yang langsung pulang itu Rp 1.8 juta, kalo pake nginep 3 hari di kelas 3 bayarnya Rp 4 juta (ampyuuunnn). Lalu berdasarkan pertimbangan 'Duh Carolus emang gak cari duit banget kali ye', akhirnya kami betul-betul memutuskan cari dokter bedah anak di Carolus.
Voila, ada dokter Riana Tamba yang praktik di hari Senin, jam 15.30. Setelah menuai izin cabut kerja lebih cepet dari Mas Ade, kita pun mengarah ke sana. Hil dan Senja jemput gw di kantor jam 15, lalu kita langsung ke Carolus. Dapat nomor 1, sip!
Dokter Riana adalah dokter yang menyenangkan dan sangat informatif. Setelah memeriksa Senja, dia bilang, ini memang ada infeksi. Dia memperlihatkan titit Senja yang kulitnya ditarik ke belakang dan bilang kalau lubang pipisnya juga kecil banget. Mestinya kalau kulitnya dikebelakangin, keliatan lubangnya. Nah ini enggak. Karena lubangnya kecil, trus ada penumpukan sisa pipis di ujung titit yang mungkin kurang giat dibersihin, jadilah infeksi. Bisa jadi ketika pipis, ujung tititnya itu menggelembung. Ini namanya phimosis.
Dokter Riana setuju, penyelesaian paling tuntas adalah sunat. Memang sih, bisa saja di kemudian hari ada aja masalah dengan saluran pipisnya. Tapi toh kelak Senja bakal disunat, jadi gapapa juga dong kalo disunat sekarang.
Kata dia, 'Sunat sama saya mesti bius total.' Dia ngeri kalo mesti ngebedah anak bayi dalam keadaan sadar. Karena itu akan membawa trauma kepada si bayi, yang bakal kebawa sampe gede. Si anak mungkin mengasosiasikan 'pegang titit' dengan rasa sakit. Kan kasian masa depannya Senja kalo kayak begitu.
Sebelum sunat, memang harus puasa. Dia sendiri memilih 4 jam, tapi kebanyakan dokter anastesi pilih 6 jam. Semuanya demi mencegah muntah jelang operasi. Nah kalo setelah operasi, ya gak ada perawatan khusus. Titit harus dijaga supaya tetap kering pokoknya. Pampers boleh tetap dipakai, meski disarankan pakai popok saja supaya ketara kapan si bayi pipis (dan pastinya popok harus langsung diganti). Bekas luka akibat operasi tidak akan dibungkus, tapi hanya akan dioles salep.
Cukup meyakinkan lah penjelasan dari dokter Riana. Gw dan Hil semakin yakin untuk menyunat Senja. Lalu gw tanya, prosedurnya tuh gimana sih? Dokter Riana bilang, dia hanya mau bedah sunat setelah dapat persetujuan dari DSA alias dokter spesialis anak-nya Senja. Jadilah gw harus periksa darah lengkap dulu untuk Senja, hasil periksa darah dikasih ke dr Eveline (yang kebetulan hari itu juga praktik) dan DSA yang akan tentukan boleh tidaknya operasi. Kalo DSA bilang gak boleh ya batal. Tunggu sampai sehat. Kalo DSA oke, lalu kita ke kamar operasi, untuk 'ngetek' waktu bedah. Orang dari kamar operasi lah yang akan konfirmasi jadwal yang kita pilih itu ke dokter bedah. Gitu deh.
Lalu dokter Riana bikinin daftar periksa darah yang harus dilakukan. Periksa darah lengkap bo, banyak banget yang dicentang di dalam formulirnya. Begitu juga komentar dari petugas pengambil darah di Laboratorium Cito, Carolus. Karena banyak yang mesti diperiksa, jadilah banyak juga darah yang harus diambil. Huhuhu Senja kasian banget, ambil darah lagi deh bulan ini. Kali ini Senja nangis pas diambil darah. Bukan pas cusss jarum ditusuk, tapi karena jarumnya kok ya lama banget gak dicabut-cabut, hihihihi.
Sembari menunggu hasil lab darah, kita bertiga ke lantai 3, kamar operasi. Pas kali pertama, gak nemu loket atau apalah gitu untuk mengajukan pertanyaan. Kali kedua, gw doang yang ke atas, Senja dan Hil jalan-jalan di tamannya Carolus.
Di Kamar Operasi itu, gw ditemui Suster Erna. Kata dia, biaya sunat Rp 3-3,5 juta (ooooh tidaaaakk), itu pun belum termasuk biaya obat-obatan (wwfffaattt??). Biyoooo mahal pisaaaaaaaaannnn...
Tapi, mengutip Tatah, 'duit bisa dicari'. Oke lah kita sikat bow. Gw ngetek waktu sunat Senja adalah hari Senin 26 Mei 2008. Pertimbangannya, masih cukup waktu bagi gw untuk mengajukan izin atau cuti sehari di hari Senin. Sementara Hil akan ngajuin cuti hari Selasa. Jadi kita dapet waktu 2 hari untuk bisa nemenin Senja pasca sunat. Kan kata Hil pastinya sakit tuh disunat, makanya Senja harus didampingi.
Jam 17.15, hasil periksa darah pun keluar. Gw, Hil dan Senja menuju ke dokter Eveline. As always, dia telat. Kita mah jadinya blessing in discuise ajah dengan keterlambatan itu. Setelah hasil tes darah keluar... ehh jadinya malah mesti nunda operasi titit deeeehhh...
No comments:
Post a Comment