Dua temen gw baru saja melahirkan. Yang pertama, M’Dewi, ex-temen sekantor, sekarang di BBC, melahirkan kira-kira tiga minggu lalu. Yang pertama, temen sekantor, Mas Anton, istrinya melahirkan hari Kamis lalu. Dua-duanya meniatkan diri bergabung di jalur ASI eksklusif, walaupun menghadapi banyak tantangan.
Anaknya M’Dewi lahir di Hermina Bekasi Timur, sementara anaknya M’Anton lahir di RS Asih, itu lho, RS-nya artis-artis, hihihi. Sialnya, dua-duanya kecolongan dikasih susu formula sama RS. Ih, najong deh. Alesannya standar, ASI belum keluar. Padahal bayi sejatinya bisa bertahan 48 jam tanpa minum, jadi mestinya cincay aja. Tapi yaaa gitu deh…
Gw sempet SMS M’Anton, nanyain soal ASI. Lalu dia cerita kalau ASI istrinya belum keluar dan kayaknya si istri keliatan kecewa. Hm, kebayang deh gimana perasaannya. Lalu seperti biasa gw sarankan mereka untuk ke Klinik Laktasi, supaya tercerahkan dan kembali ke jalan yang benar, hihi. Dan tadi pagi gw tanya lagi, jadi atau enggak mereka ke Klinik Laktasi itu. Ah rupanya ASI sudah keluar. Tapi katanya M’Anton, si bayi tampak ‘tidak cukup minum’ walaupun sudah dikasih ASI dari kedua t*k*t, sehingga kemudian ditambah lagi dengan susu formula.
Duh. Sedih ngedengernya. Mungkin si bayi nangis kejer dan M’Anton + istri kebingungan mesti ngapain dan dikira bayi laper, lalu dikasih susu formula. Hmmm, kalo gitu sih mendingan dipeluk-peluk aja bayinya, atau ya disusuin lagi. T*k*t kan gak pernah betul-betul kosong sama ASI. Dan nangis belum tentu berarti lapar, seperti mendung juga tak berarti hujan gitu. Tapi ya sudahlah. Perbincangan kayak gini emang gak cukup lewat SMS. Mesti ngobrol rada serius niy biar M’Anton teguh imannya di jalur ASI.
Sementara cerita dari M’Dewi lebih ajaib. Ini dimulai dengan pertanyaan dia, kapan gw ajak Senja jalan-jalan ke tempat umum selain ke dokter. Lalu dia cerita lah soal keinginan dia yang teramat sangat untuk ke PRJ. Hoalah. Ke PRJ? Huehuehueuhe. Saking kepinginnya dia ke PRJ, tapi gak mungkin bawa si bayi karena lingkungannya gak baby-friendly, jadilah eng ing eng M’Dew, suaminya dan anak pertamanya ke PRJ, sementara si bayi di rumah. ‘Jadi mangsa Morinaga,’ kata dia. Hualaaahh, dasar gombal. Demi ke PRJ, anaknya dikasih sufor? Kekeikeiekiek, situ mah edaaaannn, hihihi..
M’Dewi juga tanya-tanya seputar mompa ASI. Dia tanya, gw meres ASI pakai tangan kosong atau pakai alat? Gw cerita lah tentang pompa Medela andalan gw. Lalu M’Dewi cerita tentang hasil perahan manual dia yang paling 20-40ml saja. Ah, been there. Trus dia paling banyak dapet hasil perahan itu 120ml, itu pun hasil merah beberapa kali. Ahay, done that.
Asik pastinya ntar berbagi ilmu ASI sama M’Dewi dan M’Anton untuk keperluan istrinya. Eh, gak cuma buat keperluan si istri deng, tapi juga buat M’Anton. Kan menyusui urusan berdua, biarpun ‘fasilitas’ t*k*t cuma punya si perempuan, hihihi.
1 comment:
sebagai yang juga menjadi "provokator asi", ada satu tips yang paling cespleng nih.
menghitung berapa pengeluaran per bulan akibat susu formula tersebut dan membandingkannya dengan asi. bak bumi dan langit deh... plus tambah lagi kalimat sakti, "lebih baik uangnya ditabung kan? biaya sekolah mahal lho..."
kalo ngga manjur, ya sudahlah yauw. akhirnya, pilihan kan ada di tangan mereka.
kalo baru belakangan baru ngeh, ya disupport untuk relaktasi, mudah-mudahan berhasil...
git
Post a Comment