Ini adalah pilihan berat buat gw dan Hil terhadap Senja.
Praktis kami menghabiskan seharian bersama Senja itu hanya di Sabtu-Minggu. Dan tentu saja di saat-saat itu Senja ada nakalnya juga, yang harus dihukum. Ini jadi agak tricky mengingat sepanjang Senin-Jumat, Senja ada di rumah bersama si Ibu dan Bu Nur (nanny-nya Eyang gw) yang gak pernah menghukum Senja. Jadilah gw dan Hil tampak seperti bad cop di rumah.
Gw dan Hil sudah menerapkan praktik time out ke Senja, dan itu lumayan berhasil. Dulu sih berantem banget sama Senja untuk menerapkan time out. Tapi sekarang Senja sudah tau kalau dia dihukum dan dia akan tunggu sampai waktunya tiba. Kalau lagi iseng, maka tiap detik dia akan nanya,'Udah?' sambil senyum ke arah gw atau Hil.
Bahkan kalau Senja nakal dan gw gak segera menghukum (biasanya karena males gerak aja), Senja akan mengulangi kenakalannya lagi. Kayaknya ngetes, gw ini konsisten atau enggak sih mau menghukum dia.
Gw dan Hil seringkali bertanya-tanya, apakah cara kami menghukum itu sudah benar atau belum. Tapi ya pakai feeling aja. Kalau gw lagi jadi bad cop, maka ada Hil yang bisa pegang Senja. Begitu juga sebaliknya. Toh kami sama-sama bertanggung jawab sama Senja. Sama-sama orangtuanya Hil.
Ketika Senja dihukum, tentu saja dia akan cari 'pertolongan' sama orang lain. Makanya gw sebisa mungkin meminimalisir kemungkinan itu. Kalau Senja lagi dihukum, ya sudah, it's between us: parents-child. Kalau saat itu Senja cari pertolongan sama orang yang gak pernah menghukum dia (misalnya si Ibu atau Bu Nur) ya jadinya wajar. Namanya juga cari cs-an.
I'm not trying to defend myself or whatsoever. I merely have social life now. My life is now only at home or at the office. So when I punish my son for being naughty, it's not that I don't love him. It's not that I don't appreciate the golden years. It's my way of fulfilling his golden years as well.
Soon, we'll be leaving on a jet plane for sure.
No comments:
Post a Comment