Tau dong, niat membara supaya Senja tidur sendiri itu sudah ada sejak lamaaaaa sekali... dan tetap saja belum terwujud hingga sekarang. Persoalannya sederhana: kalaupun kita beli tempat tidur buat Senja, mau ditaro di mana?
Jadilah gw dan Hil denial melulu kalo soal beli tempat tidur untuk Senja.
Tapi persiapan, jalan terus. Suatu malam, gw bertanya ke Senja dengan nada ceria,’Senja, mau punya tempat tidur sendiri gak?’. Lalu Senja menjawab yakin, tanpa pikir-pikir,’Mau!’.
Langsung dong gw lanjut dengan betapa menyenangkannya punya tempat tidur sendiri. Jadi kayak anak gede. Bobo sendiri. Bangun sendiri. Kayak kakak yang ada di Jalan Sesama, nanti Senja bisa beresin tempat tidur sendiri. Pokoknya hal-hal yang sifatnya mandiri, gw bungkus jadi sesuatu yang menyenangkan.
Eh. Tanpa diduga, Senja mewek. Gw dan Hil langsung bengong. Laahhh kok gitu?
Gw langsung merasa bersalah. Jangan-jangan dia ngerasa kalo dia tidur sendiri itu karena ‘dibuang’, atau karena gw dan Hil udah gak mau lagi peluk-peluk dia atau gimana gitu. Waduh, gaswat. Langsung gw peluk Senja dan meyakinkan dia kalau tidur sendiri itu tidak apa-apa, karena masih akan ada gw dan Hil. Hil juga langsung peluk. Dramatis banget lah pokoknya. Kayak sinetron, hihi.
Tapi sedih juga tadi ngeliat dia mewek kayak gituh. Duh jangan-jangan gw salah pendekatan. Hmm, mestinya gw berguru pada buku sakti gw itu dulu sebelum mulai promosi ‘enaknya tidur sendiri’ ke Senja yak..
No comments:
Post a Comment